TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Putri mendiang Presiden Soeharto, Siti
Hardiyanti Rukmana, atau yang kerap dipanggil Mbak Tutut, menanggapi
dingin ajakan bertemu secara langsung yang dilayangkan oleh pihak
seterunya, Hari Tanoe Soedibyo, dalam sengketa kasus kepemilikan
Televisi Pendidikan Indonesia.
Menurut kuasa hukum Mbak Tutut, Hary Ponto, yang ditemui oleh wartawan di
kantornya, Menara
Kuningan Lantai 14, Jumat (2/7/2010) sore, Mbak Tutut tidak melihat
manfaat dibalik pertemuannya dengan Hari Tanoe Soedibyo.
"Apa yang mau dibicarakan? Orang sudah dianiaya begitu. Kalau mau
berdamai, yah ada hal baik yang disampaikan di depan, yang membuat orang
tergugah untuk bicara," ujarnya.
Menurutnya selama ini kliennya merasa terzolimi oleh Hari Tanoe
Soedibyo, yang ia tuding telah mengambil hak kepemilikan TPI dari tangan
kliennya dengan cara-cara yang tidak sah.
"Kan Mbak Tutut merasa teraniaya, itu barang (TPI) dia lenyap begitu
saja, dia tidak menikmati apapun dari sana," kata Hary.
Mbak Tutut Tanggapi Dingin Ajakan Bertemu Hari Tanoe
Baca Selanjutnya:
Upaya Wujudkan Indonesia Emas 2045, Mahfud MD Siap Dukung Program Prabowo Subianto
Editor: Johnson Simanjuntak
AA
Text Sizes
Medium
Large
Larger