Konflik Suriah Memanas Diyakini Tidak Berefek pada Laju IHSG tahun 2018, Ini Alasannya
Indeks masih memiliki peluang menguat hingga akhir 2018 yang akan datang.

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Gejolak yang terjadi di wilayah Timur Tengah dengan serangan Amerika Serikat ke Suriah menjadi perhatian dunia dalam beberapa waktu belakangan ini.
Pasar modal dikhawatirkan ikut terdampak dengan adanya konflik ini.
Pengamat Pasar Modal, Teguh Hidayat mengungkapkan bahwa apa yang terjadi di Suriah merupakan hal yang sudah terjadi sejak lama sehingga hal tersebut tak perlu dipusingkan oleh pelaku pasar.
"Sejak 2011 sampai sekarang, tak ada pengaruh signifikan terhadap pasar modal, baik secara global," kata Teguh kepada KONTAN, Minggu (15/4).
Apalagi, Indonesia baru saja mendapatkan peringkat yang bagus dari Moody's yang menjadi sentimen positif bagi Indonesia.
"Saya kira, hal ini akan menjadi sentimen positif jangka panjang, peningkatan peringkat merupakan kelanjutan dari kinerja beberapa tahun sebelumnya," kata Teguh.
Dengan anggapan bahwa Indonesia merupakan negara yang layak investasi, Indonesia kemungkinan akan dilirik oleh pasar global.
Baca: Rian PSI Beberkan Data Indeks Korupsi dan Kebebasan Berekspresi di Indonesia Lebih Baik dari Rusia
Dia juga mengatakan potensi kenaikan Moody's diikuti oleh lembaga pemeringkat yang lain seperti Fitch dan S&P juga terbuka lebar.
Namun, terkait dengan kenaikan peringkat beberapa emiten, Teguh menyebut bahwa hal tersebut hanya akan menjadi sentimen internal perusahaan.
-
Rating Utang Indonesia Naik, BEI: Tren Positif untuk Pasar Modal
-
Pasukan Pemberontak Suriah Halangi Warga Sipil di Afrin untuk Mengungsi
-
Investor Asing Terus Tarik Dana dari Pasar Modal, Net Sell Sejak Awal Tahun Rp 13,50 Triliun
-
RUPS 2018, BSP Bukukan Laba Bersih Sebesar Rp 5.9 Miliar
-
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Masih Berada di Atas Pertumbuhan Ekonomi Global.