FTI Japan Berhasil Bantu Indonesia Jual Ikan Tuna ke Jepang 17 Ton Per Bulan, Targetkan 26 Ton
Pasar Jepang masih luas sekali oleh karena itu per tahun fiskal ini kita targetkan 26 ton per bulan
Editor: Johnson Simanjuntak
Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo di Jepang
TRIBUNNEWS Tokyo - FTI Japan Co.Ltd yang dipimpin oleh Kentaro Narumi (37) sebagai CEO dan Ali Amran Harahap sebagai General Managernya, ternyata banyak sekali membantu ekspor ikan tuna Indonesia ke Jepang hingga mencapai 17 ton per bulan saat ini.
"Pasar Jepang masih luas sekali oleh karena itu per tahun fiskal ini kita targetkan 26 ton per bulan kiranya bisa diekspor ke Jepang. Bukan tidak mungkin di masa datang 60 ton per bulan," ungkapnya kepada Tribunnews.com Kamis ini (26/7/2018).
Perusahaan yang berdiri sejak 8 tahun lalu mulai merasakan perjalanan memuncaknya di bidang bisnis ikan tuna sejak 4 tahun terakhir ini.
"Tahun 2015 penghasilan salesnya 5 juta yen, berkembang menjadi 120 juta yen tahun 2016 dan tahun 2017 menjadi 270 juta yen. Berarti tahun ini akan jauh lebih besar lagi penghasilan kita peroleh berkat penjualan ikan tuna yang berlipat kali dibandingkan tahun sebelumnya. Berat memang tetapi semua demi membantu dan kemajuan Indonesia juga," paparnya lagi.
FTI Japan di Indonesia bekerjasama erat dengan PT Perikanan Nusantara dan CV Anugerah Tuna Indonesia yang dipimpin Ali Amran Harahap.
Setelah ikan tuna dikumpulkan dari 14 lokasi penangkapan ikan di Indonesia antara lain dari Jayapura, Manokwari, Sorong, Waiyoho, Ambon, Ternate, Bitung, Gorontalo, Palu, Kendari, Makassar, Kupang, Maumere dan Sumbawa, semua ikan dipusatkan ke Bali lalu di proses di Bali dengan baik dan siap kirim dengan pesawat terbang dilarikan segera ke Jepang.
Sampai di Jepang FTI Jepang menyebarkan penjualan ke banyak tempat mulai dari Hokkaido, Aomori, Iwate, Fukushima, Gunma, Niigata, Nagoya, Kyoto, Osaka, Fukui dan Okayama, selain pemasaran besar di pusat ibukota Jepang, Tokyo.
Lalu apa kesulitan selama ini dihadapi berbisnis dengan Indonesia?
"Pada saat terjadi letusan gunung merapi Gunung Agung di Bali, beberapa hari, pesawat terbang tidak bisa lepas landas, bandara ditutup beberapa hari. Per hari kalau pesawat tidak terbang kita bisa rugi sedikitnya mungkin 3 juta yen," tambah Narumi yang sudah sekitar 80 kali pergi pulang ke Indonesia.
Oleh karena itu Narumi membuat strategi baru dengan memecah pengiriman ekspor tidak hanya dari Bali tetapi jug abisa langsung dikirimkan lewat Singapura atau dari Jakarta sehingga mengurangi kerugian yang ada.
Caranya bagaimana?
"Proses ikan tidak dilakukan di Bali, tetapi dari tempat-tempat penangkapan ikan di Indonesia lalu kita langsung kirimkan ke Jakarta atau ke Singapura, diproses dengan baik, lalu dikirimkan ke Jepang," tambah Narumi lagi.
Penangkapan ikan yang dilakukan di Indonesia ternyata juga berdasarkan lokasi yang terkait dengan suhu udara dan temperatur laut setempat.