Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Mahasantri Peringati Hari Santri Nasional dan Anniversary 14 tahun STIQ An-Nur Yogyakarta
Mereka turut memeriahkan gegap gempita napak tilas para santri yang juga memiliki andil besar dalam kemerdekaan Republik Indonesia.
Editor: Husein Sanusi
Laporan Tribunner Yogyakarta: Khoirul Imam
TRIBUNNEWS.COM, YOGYAKARTA - Tepat pada tanggal 22 Oktober 2016 semua elemen masyarakat yang pernah nyantri serentak memperingati Hari Santri Nasional. Mereka turut memeriahkan gegap gempita napak tilas para santri yang juga memiliki andil besar dalam kemerdekaan Republik Indonesia, sekaligus mewarnai tanah air dengan nuansa Islam yang khas.
Kemeriahan Hari Santri Nasional ini juga mewarnai sejumlah mahasiswa santri di Sekolah Tinggi Ilmu Al-Quran An-Nur Yogyakarta. Selain memperingati Hari Santri Nasional, Mahasantri STIQ An-Nur juga menggelar peringatan ulang tahun kampus tercinta yang ke-14.
Rentetan acara tersebut dimulai sejak tanggal 13 Oktober 2016 dengan beragam agenda, di antaranya ziarah ke makam pendiri Pondok Pesantren AN-Nur Yogyakarta: almarhum KH. Nawawi Abdul Aziz, Muqaddaman yang diikuti oleh seluruh santri, pembacaan shalawat nariyah, dan semaan Al-Quran bil ghaib dengan 12 spot, upacara dan kirab, dan lain-lain.
Puncaknya adalah pemotongan tumpeng kesyukuran 14 tahun STIQ An-Nur Yogyakarta dilanjutkan dengan sambutan oleh KH. Yasin Nawawi selaku ketua Yayasan Al-Ma’had An-Nur Yogyakarta dan stadium general bersama ribuan mahasiswa STIQ AN-Nur
Dalam sambutannya, KH. Yasin Nawawi mengungkapkan, “Lahirnya Sekolah Tinggi Ilmu Al-Quran An-Nur ini tidak terlepas dari gagasan yang cemerlang dan visioner dari pendiri Pondok Pesantren An-Nur, yaitu Almarhum KH. Nawawi Abdul Aziz. Beliau menekankan akan pentingnya pendidikan tinggi di kalangan pesantren agar pesantren selain sebagai benteng penjaga kemurnian Islam, pesantren juga juga diharapkan bisa menjadi agen kemajuan peradaban agama dan bangsa.”
KH. Yasin Nawawi juga menyampaikan pesan pendiri bahwa pesantren atau santri dituntut untuk membuka diri agar bisa mengikuti dinamika perubahan zaman yang terus berkembang dengan pesat. Pendiri pondok ini berharap bahwa semua santri hendaknya mau menyiapkan diri untuk bisa menguasai ilmu agama dengan pemikiran yang modern agar bisa diterima oleh seluruh lapisan masyarakat.
Beliau mengingatkan tantangan bagi kita sebagai generasi penerus untuk bisa lebih giat dan semangat dalam mengkaji agama Islam dari sumber aslinya (kitab klasik) yang selanjutnya kita susun dalam sebuah formulasi konstruksi keilmuan yang memiliki metodologi ilmiah modern kekinian sehingga para alumnus pendidikan tinggi pesantren lebih-lebih alumni STIQ An-Nur bisa menjadi pelopor, kader, pemimpin bangsa di masa-masa yang akan datang.
Acara dilanjutkan dengan stadium general dengan mengambil tema: “Positioning Mahasiswa Santri dalam Kancah Pendidikan Pesantren, dan Budaya Indonesia.”
Hadir sebagai pembicara dalam acara tersebut antara lain: H. Abdul Halim Muslih (Wakil Bupati Bantul), Prof. Dr. H. Muhammad Chirzin (Guru Besar UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta), Dr. H. Ikhsanuddin, M.S,I (Dosen Muda STIQ An-Nur), dan Gus Muhammad Irfan Halimy (Ketua KNPI Bantul Periode 2012-2015).
Dalam salah satu sesi tanya jawab, mahasantri Lilih Muflihah melemparkan pertanyaan yang ditujukan kepada bapak wabup Bantul, “Adakah program Pemda Bantul yang terkait dengan santri?” “Apabila ditanyakan ada tidak program tersebut, jawabannya ada. Kita telah menyiapkan dalam APBD program yang di dalamnya santri dapat ikut serta berperan aktif. Dan semoga mahasiswa dan santri An Nur Ngrukem dapat berpartisipasi di dalamnya.” Tegas Pak Wabup Bantul.
Selain itu, mahasantri Ardiyansyah juga menanyakan tentang perbedaan budaya santri dan mahasiswa. Dalam hal ini Pak Wabup mempertegas, “Tidak ada bedanya, karena sama-sama thalibul ilmi (penuntut ilmu-red). Kalau di pondok santri cium tangan kepada kiai, maka di kampus pun demikian, mahasiswa cium tangan kepada dosennya.”
Acara peringatan 14 tahun STIQ AN-Nur Yogyakarta ini ditutup dengan doa oleh KHR. Najib Abdul Qadir, Pengasuh Pondok Pesantren Al-Munawwir Krapyak Yogyakarta.
Perlu diketahui, Sekolah Tinggi Ilmu Al-Qur'an (STIQ) An-Nur berdiri pada tahun 2002 yang merupakan lembaga pendidikan tinggi formal di bawah naungan Yayasan al-Ma'had An-Nur. Pada awalnya, STIQ An-Nur didirikan untuk mewadahi para santri yang telah lulus MA An-Nur, tetapi belum selesai menghatamkan hafalan Al-Quran di pondok.
Saat ini, STIQ An-Nur telah memiliki tiga fakultas dengan masing-masih dua konsentrasi: Tarbiyah: Pendidikan Agama Islam (PAI) dan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI); Ushuluddin: Ilmu Al-Quran dan Tafsir (IAT) dan Ilmu Hadis (ILHA); Ekonomi dan Bisnis Islam: Ekonomi Syariah (ES) dan Perbankan Syariah (PS).