TRIBUNNEWS.COM, KUALA LUMPUR - Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad menyebut negara-negara muslim harus bersatu untuk melindungi diri terhadap ancaman eksternal.
Pernyataan ini diungkapkan setelah pembunuhan jenderal Iran Qassem Soleimani yang disebutnya sebagai tindakan tindakan tak bermoral.
Perdana menteri tertua di dunia ini juga mengatakan serangan drone AS terhadap Soleimani bertentangan dengan hukum internasional.
Pembunuhan Soleimani di Baghdad pada Jumat lalu sendiri telah memicu kekhawatiran akan konflik yang lebih luas di Timur Tengah. Mahathir mengatakan hal itu juga dapat menyebabkan eskalasi yang menyulut.
"Waktunya tepat bagi negara-negara muslim untuk berkumpul," kata Mahathir seperti dikutip Reuters.
“Kita tidak lagi aman sekarang. Jika ada yang menghina atau mengatakan sesuatu yang tidak disukai seseorang, tidak apa-apa bagi orang dari negara lain untuk mengirim drone dan mungkin menembaki saya," ujar dia.
Sekitar 50 orang termasuk wanita yang mengenakan burqa berkumpul di luar kedutaan Iran di ibukota Malaysia, Kuala Lumpur, untuk mengkritik langkah Amerika.
Mahathir sendiri telah berusaha mempertahankan hubungan baik dengan Iran meskipun ada sanksi AS terhadap negara Timur Tengah tersebut. Sementara diperkirakan 10.000 warga negara Iran tinggal yang tinggal di Malaysia.
Pada bulan lalu, Mahathir juga menjamu Presiden Iran Hassan Rouhani di sebuah konferensi para pemimpin muslim di Malaysia di mana mereka membahas peningkatan bisnis, perdagangan mata uang dan bersaing dengan negara-negara non-muslim.
Komentar Mahathir baru-baru ini tentang perlakuan terhadap muslim di India dan kritiknya terhadap Organisasi Kerjasama Islam yang berbasis di Arab Saudi telah merusak hubungan Malaysia dengan New Delhi dan Riyadh.
"Aku berbicara yang sebenarnya," kata Mahathir.
"Kamu melakukan sesuatu yang tidak benar, aku pikir aku punya hak untuk berbicara," katanya.
Berita ini tayang di Kontan dengan judul: Jenderal Iran dibunuh, Mahathir: Muslim harus bersatu
Jutaan orang hadiri pemakaman Soleimani
Jutaan orang di berbagai kota di Iran turun ke jalan, Senin (6/1/2020) waktu setempat. Mengenakan pakaian hitam, mereka memberi penghormatan terakhir untuk Qassem Soleimani, komandan pasukan Quds Force yang tewas dirudal Amerika Serikat saat mengunjungi Irak, akhir pekan lalu.
Di ibu kota Teheran, Pemimpin tertinggi Iran, Ayatullah Ali Khamenei memimpin langsung prosesi salat jenazah. Rahbar (sebutan Iran untuk sang pemimpin tertinggi) tak dapat menahan tangis saat memimpin salat.
Doanya bergabung dengan ratapan jutaan pelayat yang membanjiri jalan-jalan Teheran yang menuntut pembalasan terhadap Amerika atas pembunuhan tragis yang langsung meningkatkan ketegangan di Timur Tengah.
Pemimpin Hamas ikut melayat
Dalam seremoni duka di Teheran, tampak pemimpin gerakan Hamas dari Palestina, Ismail Haniyeh. Bahkan Haniyeh ikut memberikan "testimoni" tentang kontribusi Soleimani terhadap perjuangan gerakan-gerakan di Palestina.
Haniyeh, dalam sambutannya, memuji sang pemimpin Pasukan Quds yang dipandangnya telah membangun hubungan baik dengan kelompok Palestina lainnya. Ia bahkan menjuluki Soleimani sebagai "martir Yerusalem".
"Apa yang telah Soleimani berikan kepada Palestina dan gerakan perlawanan telah membawa kami dalam posisi hari ini, terutama dalam hal kekuatan dan ketabahan. Kematian Jenderal Soleimani tidak akan menghalangi kelompok perlawanan untuk memerangi Israel."
*Berikut adalah rekaman video pemimpin Hamas Ismail Haniyeh saat "takziah" ke rumah keluarga Qassem Soleimani.
Iran selama ini dikenal membangun hubungan baik dengan gerakan-gerakan di Palestina. Hanya saja, hubungan Iran dengan Hamas tidak sedekat Teheran dengan kelompok Jihad Islam.
Namun kedua kelompok ini diyakini Israel sama-sama menerima dukungan militer, baik pelatihan maupun persenjataan dari Iran.
Iran dan Hamas dalam beberapa tahun terakhir berusaha memperbaiki hubungan mereka yang sempat renggang karena perang Suriah.
Dalam beberapa tahun terakhir, tokoh senior Hamas telah mengunjungi Teheran dan memuji Republik Islam karena konsistensinya mendukung kelompok Palestina di Gaza. Namun, Hamas juga berusaha untuk mempertahankan hubungan dengan negara-negara lain seperti Mesir yang memandang Iran sebagai musuh regional.
Seperti diberitakan sebelumnya, Qasem Soleimani, jenderal Iran tewas diserang AS pada pekan lalu.
Qasem Soleimani tewas setelah menjadi target serangan udara AS di Bandara Internasional Baghdad, Jumat 3 Januari 2020 lalu.
Pemimpin pasukan al-Quds Iran ini telah lama masuk dalam daftar orang yang paling dicari di Amerika Serika selama bertahun-tahun.
Qasem Soleimani tewas bersama pemimpin milisi Hashed al-Shaabi, Abu Mahdi al-Muhandis, di Bandara Internasional Baghdad, Irak.
Kematiannya jelas mengejutkan.
Pasalnya, dia merupakan komandan Pasukan Quds yang adalah cabang dari Garda Revolusi Iran.