Lupakan konsumsi jeruk untuk asupan vitamin C. Ilmuwan tanaman asal Australia, Dr. Dyno Keatinge, percaya bahwa rosela seharusnya menjadi salah satu menu diet sehari-hari.
Tanaman rosela liar, yang kaya vitamin C, di utara Australia.
Dr. Dyno mengepalai Pusat Sayur-Mayur Dunia. Ia mengatakan, orang-orang di seluruh dunia harus memikirkan ulang pola konsumsi mereka atas sayuran dan buah-buahan.
“Tomat, kol Tiongkok, kol biasa – kenyataannya sayur-sayuran itu sangat tak bergizi sama sekali. Sayuran seperti timun dan kol isinya cuma air,” ujarnya.
Dr. Dyno adalah seseorang yang gencar mempromosikan konsumsi sayuran lokal dan berpendapat bahwa, pemahaman atas spesies liar yang lebih besar dapat menjadi kunci untuk mengatasi malnutrisi, khususnya di negara-negara berkembang.
“Kami di Pusat Sayur-Mayur Dunia khususnya tertarik pada orang-orang yang hidup dengan kurang dari 2 dolar per hari,” akunya.
Ia menjelaskan, sayuran yang kurang dikenal dan buah-buahan yang memiliki nilai gizi tinggi, seperti rosela yang kaya vitamin C, harusnya dipromosikan secara luas untuk meningkatkan keberagaman menu diet.
Dr. Dyno akan menyoroti investasi ekstra dalam penelitian dan pengembangan sayuran lokal pekan ini, dalam Konggres Hortikultur Internasional yang digelar di Brisbane.
“Ini bukan soal apakah anda harus mengkonsumsi sayuran asli Australia atau tidak. Jika kita bisa menemukan sayuran dari Afrika atau Amerika tengah yang juga bagus dan sehat, kenapa tak mencoba sayuran itu?,” sebutnya.
Ia mengawasi bank benih sayuran milik publik terbesar, dengan lebih dari 60.000 spesimen yang dikumpulkan dari 156 negara, termasuk Australia.
“Di manapun anda berada di Australia, kita bisa mencari sayuran yang bisa tumbuh di sini,” tuturnya.
“Tomat, kol Tiongkok, kol biasa – kenyataannya sayur-sayuran itu sangat tak bergizi sama sekali. Sayuran seperti timun dan kol isinya cuma air,” ujarnya.
Dr. Dyno adalah seseorang yang gencar mempromosikan konsumsi sayuran lokal dan berpendapat bahwa, pemahaman atas spesies liar yang lebih besar dapat menjadi kunci untuk mengatasi malnutrisi, khususnya di negara-negara berkembang.
“Kami di Pusat Sayur-Mayur Dunia khususnya tertarik pada orang-orang yang hidup dengan kurang dari 2 dolar per hari,” akunya.
Ia menjelaskan, sayuran yang kurang dikenal dan buah-buahan yang memiliki nilai gizi tinggi, seperti rosela yang kaya vitamin C, harusnya dipromosikan secara luas untuk meningkatkan keberagaman menu diet.
Dr. Dyno akan menyoroti investasi ekstra dalam penelitian dan pengembangan sayuran lokal pekan ini, dalam Konggres Hortikultur Internasional yang digelar di Brisbane.
“Ini bukan soal apakah anda harus mengkonsumsi sayuran asli Australia atau tidak. Jika kita bisa menemukan sayuran dari Afrika atau Amerika tengah yang juga bagus dan sehat, kenapa tak mencoba sayuran itu?,” sebutnya.
Ia mengawasi bank benih sayuran milik publik terbesar, dengan lebih dari 60.000 spesimen yang dikumpulkan dari 156 negara, termasuk Australia.
“Di manapun anda berada di Australia, kita bisa mencari sayuran yang bisa tumbuh di sini,” tuturnya.