“Profit dibuat ketika Anda membeli, bukan ketika Anda menjual.”
Ketika tetangga Robert Kiyosaki membeli kondominium US$100.000, Robert Kiyosaki membeli kondo yang sama yang berhadapan dengan miliknya seharga US$50.000. Tetangga Robert memberitahukan bahwa nanti harganya akan naik. Tetapi Robert Kiyosaki memberitahu tetangganya bahwa profit atau keuntungan itu dibuat ketika Anda membeli bukan ketika Anda menjual. Tetangganya belanja real estate dari seorang dokter yang sama sekali tidak mempunyai properti sendiri. Robert berbelanja di Departemen penyitaan sebuah bank. Robert membayar US$500 untuk kursus tentang cara melakukan hal ini, tetapi tetangganya beranggapan bahwa investasi US$500 untuk kursus di real estate cukup mahal.
Dan tetangga tersebut mengatakan bahwa dia tidak sanggup membayarnya dan dia tidak dapat meluangkan waktu untuk melakukannya maka dia menunggu harga naik.
Robert Kiyosaki mencari orang yang ingin membeli lebih dahulu, kemudian baru mencari seseorang yang mau menjual. Seorang teman sedang mencari sebidang tanah, dia mempunyai uang tapi tidak mempunyai waktu. Robert menemukan sebidang tanah yang luas, lebih luas dari yang mau dibeli temannya kemudian Robert mengikat dengan opsi dan kemudian menelepon temannya, dan temannya mau membeli sebagian saja dari tanah tadi. Maka Robert menjual sebagian kepada temannya dan baru membeli tanah tersebut. Maka Robert menerima sisa tanah tersebut secara gratis. Pesan moral kisah ini adalah beli sebuah kue yang besar, potonglah jadi beberapa potong.
Kebanyakan orang membeli sesuatu yang sanggup mereka beli sehingga mereka selalu mencari yang kecil sesuai dengan kemampuan mereka. Maka mereka hanya membeli sepotong kue, akhirnya mereka membayar yang lebih banyak untuk kue yang lebih kecil. Saya pribadi melihat banyak orang kaya yang mempunyai resep yang sama.
Untung pada waktu beli bukan pada waktu jual.
Contoh :
Ada teman saya seorang pemimpin bank di Lombok. Ketika Joop Ave(Menteri Pariwisata saat itu) mencanangkan tahun kunjungan wisata ke Lombok. Harga tanah di Pantai Lombok segera saja bergerak naik. Ketika harga tanah mulai bergerak dari Rp 15.000/m2 ke Rp 40.000/m2 dan dia aktif menghubungi pengusaha-pengusaha hotel yang ada di Bali maupun di Jakarta. Begitu dia melihat banyaknya minat hotel-hotel untuk membuka hotel di Lombok, maka dia bersama teman-temannya membeli tanah di pinggir Pantai. Hanya dengan tanda jadi Rp10 juta dengan waktu pembayaran lunas mundur menjadi 6 bulan, dia membeli dengan harga Rp 30.000/m2.
Akhirnya ada pengusaha hotel yang mau membeli sebagian dengan harga Rp 100.000/m2. Teman saya bisa membeli properti dengan risiko hanya dengan Rp 10 juta, dia mendapatkan ratusan juta. Dan sisa tanahnya dia jual perlahan-lahan ketika tanahnya naik menjadi Rp 200 ribu/m2.
Sekarang teman saya yang bersangkutan mempunyai mall/supermarket. Para pemikir yang kerdil tidak akan mendapatkan keuntungan yang besar. Jika Anda ingin lebih kaya, berpikirlah yang lebih besar dulu. Berikan komentar Anda bagaimana setiap harinya Anda menikmati keuntungan dari apa yang Anda kerjakan saat ini, misalkan karyawan, pebisnis, profesional atau apapun juga. Semoga bisa menginspirasikan sesama pembaca lainnya.
Semoga bermanfaat. Saya Tung Desem Waringin mengucapkan salam dahsyat!