TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG - Konsep bisnis waralaba (franchise) menjadi perhatian banyak pengusaha di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir. Karena itu, tidak mengherankan jika bisnis tersebut tumbuh dengan baik di negeri ini, baik secara omzet maupun jumlah unit usaha.
Beragam unit bisnis, mulai kuliner, fesyen, minimarket, sampai bengkel menawarkan diri untuk bermitra. Sebut saja Mie Balungan by Kiki Amalia, Mr Montir, House of Shasmira, dan Edward Forrer Shoe Boutique. Unit-unit usaha tersebut mengajak masyarakat menjadi mitra.
Managing Director Mie Balungan by Kiki Amalia, Willy Sugandha, mengatakan, pihaknya menawarkan dua paket investasi. Paket pertama berupa food court dengan nilai investasi Rp 50 juta-Rp 80 juta. Paket kedua resto dengan nilai investasi Rp 150 juta-Rp 250 juta.
"Nilai investasi segitu sudah termasuk pemakaian nama, training kit, peralatan, bahan baku ketika opening, dan bantuan promosi," ujar Willy di area Franchise & Business Concept Expo di Graha Manggala Siliwangi, Bandung, Jumat (5/4/2013).
Bahan baku hanya diberi secara gratis untuk acara pembukaan. Selanjutnya, mitra harus membeli sendiri bahan baku ke pemegang merek Mie Balungan. Minimal membeli 50 porsi untuk paket booth, dan 75-100 porsi untuk paket resto. Namun ketentuan itu berlaku setelah usaha berjalan tiga bulan. Selama tiga bulan pertama, mitra dibebaskan membeli berapa pun bahan baku.
Tempat, kata Willy, akan disurvei terlebih dulu oleh pihaknya apakah cocok untuk dijadikan tempat usaha Mie Balungan atau tidak. "Kami akan melihat market-nya seperti apa karena kami juga tak mau merugikan mitra dan nama Kiki Amalia," ujarnya.
Willy mengatakan, bisnis bakmi menguntungkan karena makanan ini kegemaran masyarakat Indonesia. Ia pun menghitung-hitung, dengan investasi Rp 50 juta-Rp 80 juta di Mie Balungan by Kiki Amalia, mitra bisa balik modal sekitar 1 tahun. Untuk investasi Rp 150 juta-Rp 250 juta, modal baru akan balik 2 tahun kemudian. "Estimasi kami segitu, karena harga jual mi per porsi Rp 10.000-Rp 20.000," ujar Willy.
Mie Balungan by Kiki Amalia saat ini sudah punya empat outlet di Bandung. Selain itu, terdapat pula di kota lain seperti BSD, Tangerang, Bekasi, dan Surabaya.
Marketing & Business Development Manager Hazna Indonesia, Kusna Santika, mengatakan, pihaknya juga menawarkan kemitraan untuk produk pakaian muslim House of Shasmira dan Hazna Hijab Store. "Sebenarnya ada banyak pilihan yang bisa dilakukan mitra, apakah dengan membuka toko atau menjadi distributor dan agen," ujarnya, kemarin.
Untuk toko, kata Kusna, mitra harus punya tempat terlebih dulu. Tempat itu nanti akan didesain seperti toko Shasmira atau Hazna Hijab Store. Investasi untuk toko Rp 200 juta-Rp 350 juta.
Dengan investasi sebesar itu, mitra akan mendapat keuntungan seperti margin penjualan 40 persen, membawahkan jaringan distributor dan agen, hak proteksi area, ikut program hadiah, training kit, dan dibantu dalam promosi. "Kami hanya akan izinkan satu toko di satu kabupaten sehingga nanti mitra yang punya toko akan menjadi penguasa di kabupaten tersebut. Jadi ada hak proteksi area," kata Kusna.
Lain lagi dengan distributor dan agen. Mitra yang seperti ini cukup mengeluarkan modal Rp 1 juta, bisa mendapat margin penjualan 20-30 persen. "Nanti distributor dan agen ini akan dapat spanduk dan brosur promosi dari kami," katanya.
Kusna menghitung, mitra dengan investasi Rp 200 juta akan balik modal 1 tahun, sedangkan Rp 350 juta baru balik modal 1,5 tahun. Hitungan itu berdasarkan estimasi omzet rata-rata Rp 70 juta-Rp 90 juta per bulan.
Saat ini Shasmira sudah punya lima outlet di Bandung, dan sampai Juni 2013 jumlahnya akan menjadi tujuh. Di kota lain di Jabar sudah ada 11 outlet. "Kalau secara nasional sudah 150-an outlet, dan sampai akhir 2013 akan tambah 20 outlet," katanya. (Tribun Jabar/IdaRomlah)