TRIBUNNEWS.COM, DENPASAR - Tekanan udara ke bawah (windshear downdraft) kemungkinan besar menjadi penyebab jatuhnya pesawat Boeing 737-800 Lion Air rute Bandung-Denpasar di perairan dekat Bandara Ngurah Rai, Denpasar, Sabtu (13/4) sore.
"Bisa jadi karena faktor itu (windshear downdraft)," ujar Ir Masruri, Kasubkom Penelitian dan Investigasi Kecelakaan Penerbangan, Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), ketika ditemui di Denpasar, Minggu (14/4).
Petugas KNKT tersebut berada di Denpasar untuk melakukan penelitian ihwal musibah yang menimpa Lion Air JT 904 itu. Menurut dia, tekanan udara ke bawah muncul karena adanya awan cumulunimbus (Cb) di sekitar landasan Bandara Ngurah Rai. Fenomena alam itu bisa membuat pesawat gagal menjangkau landasan.
Namun Masruri menegaskan, kondisi awan di sekitar bandara bukan menjadi alasan. "Awan bukan alasan. Yang kami cari adalah mengapa landing di laut, bukan di landasan," katanya.
Menurut seorang petugas bandara, kondisi langit di Bandara Ngurah Rai saat itu memang gelap, padahal jam masih menunjukkan pukul 15.15 Wita. Awan tebal menggantung di atas landasan.
"Saya menduga pesawat menerobos awan tebal itu dan mengalami downdraft. Pesawat gagal menyentuh landasan dan mendarat di laut, tepatnya 50 meter dari bibir landasan," ujarnya.
Petugas itu mengaku berada di lokasi saat terjadi musibah dan ikut dan membantu proses evakuasi korban.
Seorang pejabat di Direktorat Perhubungan Udara, Kementerian Perhubungan, ketika dihubungi di Jakarta juga memberikan informasi serupa. "Pesawat itu kemungkinan besar terkena crosswind (angin melintang) atau wind shear (empasan angin) sebelum merapat ke landasan. Akibatnya, pilot tidak bisa lagi mengangkat pesawat sehingga jatuh ke laut," katanya.
Namun pejabat itu mengingatkan, analisis tersebut belum tentu benar karena banyak sisi yang harus diteliti oleh KNKT. "Lebih baik memang menunggu hasil lengkap penelitian KNKT," katanya. (ddh/m faridl/idl)