News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Wamentan Salahkan Rupiah Soal Harga Kedelai

Editor: Ade Mayasanto
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pekerja menurunkan kedelai impor dari Amerika di toko pengecer, di Jakarta Timur, Rabu (28/8/2013). Harga kedelai impor semakin melambung membuat para pengusaha tahu dan tempe kesulitan dalam menjalankan usahanya. Mahalnya harga kedelai impor ini akibat melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar. TRIBUNNEWS/HERUDIN

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wakil Menteri Pertanian Rusman Heriawan menilai, kenaikan harga kedelai tak terlepas dari nilai tukar rupiah yang kian loyo. Sebabnya, mayoritas kedelai dalam negeri dipenuhi dari impor.

"Kalau sekarang, suplai tidak ada masalah. Tapi karena dollar AS menguat (rupiah melemah), tiba-tiba harga kedelai naik," kata Rusman saat ditemui di Jakarta Convention Center, Jumat (30/8/2013).

Selama ini, kebutuhan kedelai domestik sebesar 2,5 juta ton setahun, sedangkan dari dalam negeri hanya mampu mencukupi sebesar 700-800 ribu ton setahun. Sehingga sisanya harus dipenuhi dari impor.

Ia menambahkan, gejolak harga kedelai sebelumnya juga pernah terjadi, namun faktor suplai kedelai yang kurang. Kebetulan saat itu stok kedelai di Amerika Serikat berkurang karena musim kemarau yang membuat harga kedelai menjadi mahal.

"Makanya lebih baik kita berjaya sendiri dengan memproduksi sendiri. Masalahnya, kedelai ini cocoknya di iklim subtropis, bukan di iklim tropis seperti negara kita," jelasnya.

Solusinya, pemerintah akan menggalakkan varietas unggul baru untuk bisa meningkatkan produksi dalam negeri. Saat ini, pemerintah masih melihat jenis varietas apa saja yang cocok untuk diterapkan di pasar domestik.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini