News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Kebijakan Pemerintah Belum Mampu Turunkan Harga Kedelai

Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Johnson Simanjuntak
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Slamet (47) membersihkan kacang kedelai yang sudah direbus saat akan memulai produksi tempe kembali setelah tiga hari mogok produksi di pabrik tempe Arema, Jalan Jakarta, Kota Bandung, Rabu (11/9). Tiga hari mengikuti mogok produksi secara masal sebagai bentuk protes akibat belonjaknya harga kedelai, pakrik yang memproduksi tempe dengan bahan baku dua kwintal kedelai impor per hari itu harus merugi lebih dari Rp 500 ribu per hari. (TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN)

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Komisi IV DPR, M. Romahurmuziy menegaskan kebijakan pemerintah tentang kesepakatan harga beli perajin kepada importir sebesar Rp 8.490/kg pekan lalu belum berjalan.

Hal ini berdasarkan monitoring Sekjen DPP Partai Persatuan Pembangunan (PPP) ini kepada para pengrajin tahu-tempe di Semanan, Kalideres, harga pembelian kedelai belum turun.

Apalagi, importir membatasi kuantitas pada jumlah yang sangat tidak memadai, bahkan untuk kebutuhan Primkopti DKI selama 1 bulan.

Selain itu dia tegaskan, Pemberian Surat Persetujuan Impor (SPI) kepada Bulog sebesar 100ribu ton juga sangat tidak sepadan dengan fungsi stabilisasi harga yang ditugaskan kepadanya.

"Untuk mampu menstabilisasi harga beras nasional, bulog menyerap beras dalam negeri 9-10% dari konsumsi nasional. Jika konsumsi kedelai DN 3juta ton, setidaknya 300rb ton harus diberikan SPInya kepad Bulog. Ini justru SPI terbesar diberikan kpd swasta yang nyata-nyata tidak mau menurunkan harga dan semata-mata berorientasi rente," ujar Romy sapaan politisi PPP ini, Jakarta, Rabu (18/9/2013).

Karena itu, harus ada evaluasi menyeluruh terhadap pelaksanaan tata niaga yang ada agar harga kedelai segera dapat diturunkan.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini