TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG- Jabar mencatat deflasi 0,71 persen selama September 2013. Indeks harga konsumen (IHK) gabungan Jabar turun dari 145,04 pada Agustus menjadi 144,01 pada September. Dua dari tujuh kelompok pengeluaran mengalami deflasi, kelompok bahan makanan 3,63 persen serta kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan 0,60 persen.
Sub kelompok yang mengalami deflasi tertinggi adalah kelompok bumbu-bumbuan yakni 26,60 persen. Beberapa item sub kelompok itu adalah bawang merah, cabai merah, dan cabai rawit. Cabai merah mengalami deflasi sebesar 0,18 persen.
"Bawang merah adalah penyumbang deflasi terbesar, 60 persen. Harganya turun hingga 44 persen," ujar Kepala Bidang Statistik Distribusi pada Badan Pusat Statistik (BPS) Jabar, Dody Gunawan Yusuf, di kantornya, Jalan PHH Mustopa, Bandung, Selasa (1/10/2013).
BPS Jabar juga mencatat harga daging sapi dan telur ayam ras mengalami deflasi. Tarif angkutan antarkota yang sempat dua kali naik karena kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) dan angkutan Idulfitri pun turun. "Tarifnya kembali ke tarif sesudah kenaikan harga BBM," ujarnya. Sementara inflasi tertinggi disumbangkan kelompok sandang yaitu 2,03 persen.
Kota Sukabumi merupakan satu-satunya kota yang mengalami inflasi, 0,04 persen. Kepala BPS Kota Sukabumi, Dudung Supriyadi, mengaku dari total 306 item yang disurvei, 128 di antaranya berubah harga. Sebanyak 92 item mengalami deflasi sedangkan sisanya mengalami inflasi.
Inflasi Kota Sukabumi dipicu kenaikan harga perhiasan dan kelangkaan kedelai. "Kami juga memasukkan laporan soal kenaikan biaya pendidikan pada bulan ini," katanya.
Berbeda dengan tiga kota lain yang belum memasukkan laporan kenaikan biaya pendidikan pada bulan, yakni Bandung, Depok, Bogor. (tom)