News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

BTPN Serius Garap UMK

Editor: Hendra Gunawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Suasana pelayanan nasabah di Bank BTPN

TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG -- PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional, Tbk (BTPN) menganggap usaha mikro kecil (UMK) segmen pontensial untuk digarap. Untuk itu BTPN serius menggarap segmen tersebut.

"Jumlah UMK di Indonesia sekitar 44 juta dan baru terlayani (bank) 44 persen. Segmen ini masih terbuka lebar," ujar Regional Business Leader Region 2 BTPN Sinaya, Dwi Handoko Putro, ketika jumpa pers di kantor BTPN Purna Bakti, Jalan Ahmad Yani, Bandung, Rabu (6/10/2013).

Menurutnya, UMK merupakan yang paling sanggup bertahan jika ada krisis ekonomi karena memiliki komunitas. "Mereka tahu cara bertahan tapi belum tahu caranya tumbuh," kata Dwi.

Selain UMK, segmen potensial lainnya adalah prasejahtera produktif. Ia menyebutkan segmen ini di atas 50 juta. Meski belum bankable, ucapnya, BTPN menganggap itu sebagai peluang dan panggilan.

Untuk mengarap segmen UMK dan prasejahtera produktif, BTPN mengedepankan konsep duet capital dan capacity, integrasi layanan bisnis dan sosial, yaitu pemberian modal yang dibarengi pelatihan usaha.

Efeknya, kredit bermasalah (non perfomance loan-NPL) terbilang kecil, yakni gross 0,6  persen dan  net 0,37 persen. Pinjaman BTPN bertumbuh dari Rp 37 triliun per September 2012 menjadi Rp 45,3 triliun pada September 2013, atau year on year (y-o-y) tumbuh 22 persen.

Kredit mikro meningkat 18 persen dari Rp 8,5 triliun per September tahun lalu menjadi Rp 10 triliun pada September 2013. Sejauh ini, ucap Dwi, kredit mikro itu terutama mengalir untuk perdagangan dengan radius 10 kilometer dari pasar-pasar.

Selain itu, pinjaman untuk mass market pensiun dan syariah juga bertumbuh, (y-o-y) 14 persen dan 189 persen. Kredit pensiunan naik dari Rp 27,1 triliun pada September 2012 menjadi Rp 30,9 triliun per September tahun ini.

Selama periode yang sama, kredit syariah meningkat dari Rp 352 miliar menjadi Rp 1 triliun. Jangkauan program pemberdayaan mass market selama sembilan bulan 2013 meningkat menjadi satu juta lebih penerima.

Jumlah ini naik 25 persen dibanding periode yang sama tahun lalu, yakni ada 832.000 penerima. Aktivitas program daya pun naik 69 persen untuk seluruh Indonesia dari 35.000 per tahun lalu menjadi 59.273 tahun ini. (tom)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini