TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - PT Pertamina (Persero) dipastikan menolak memasok avtur untuk PT Merpati Nusantara Airlines (MNA). Hal itu bakal tetap dipertahankan Pertamina, jika utang Merpati belum dibayar.
"Pertamina tidak akan merenegosiasi utang Merpati. Komitmen awal, utang dari merpati di bawah Rp 100 miliar. Kalau lebih dari itu tidak akan kita pasok avtur," ujar Ali Mundakir, Vice President Corporate Communication PT Pertamina, Jumat (8/11/2013).
Ali menjelaskan, alasan Pertamina tidak melakukan renegosiasi utang Merpati karena keuntungan yang didapatkan Pertamina tidak sebanding dengan pengeluaran avtur untuk Merpati. Lebih lanjut masalah pemberian avtur untuk Merpati dinilai merusak bisnis Pertamina. "Tidak ada renegosiasi, karena ini kan hasil korporasi," ungkap Ali
Seperti diberitakan sebelumnya, saat ini utang Merpati maskapai kepada Pertamina sudah mencapai Rp 139,2 miliar.
Riswanto, Corporate Secretary Merpati Nusantara Airlines, mengatakan tim dari Merpati sudah melakukan pertemuan dengan Pertamina terkait pencarian solusi pascapenghentian pasokan avtur Merpati di enam kota yakni, Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Palembang, dan Tanjung Karang.
"Tim dari kami sudah menemui pihak Pertamina untuk mencari solusi utang avtur, Rabu (6/11) dan kembali mendapatkan pasokan avtur. Harapan kami, dengan adanya solusi, Merpati tetap bisa melayani pelanggannya," kata Riswanto.
Riswanto menjelaskan, manajemen berupaya keras agar upaya restrukturisasi perusahaan dapat segera dilakukan agar Merpati bisa bangkit lagi dan kembali berjaya di tanah air. "Kami mengharapkan Pemerintah dan para kreditur BUMN memberikan kesempatan kepada Merpati, dan mendukung restrukturisasi perusahaan karena sesungguhnya potensi pasar masih ada," tuturnya.
Bahkan, Merpati terus menjalin kerjasama operasi dengan Pemerintah kabupaten, seperti Atambua, Nusa Tenggara.
Hasil pertemuan dengan Pertamina kemarin, embargo pasokan avtur terhadap Merpati dicabut. Namun, dalam sepekan ke depan penggunaan avtur di batasi hanya Rp 2,5 miliar per hari dan harus dibayarkan tunai. Jika Merpati tak penuhi syarat, maka embargo pasokan avtur akan kembali dilakukan dan sifatnya nasional.
Ketua Forum Pegawai Merpati (FPM) Sudiyarto mengungkapkan, Merpati saat ini membutuhkan solusi konkret, cepat, dan terfokus karena kondisi perusahaan sudah sangat terpuruk. Kondisi alat produksi (armada) sudah tak seimbang dengan sumber daya manusia.
Berdasarkan catatan, jumlah total SDM Merpati saat ini mencapai 2.159 orang yang terdiri dari pilot 243 orang, Flight attendant 216 orang, bagian teknik 433 orang, FOO 172 orang, bagian niaga 119 orang, administrasi keuangan 317 orang, dan tenaga outsourcing 659 orang. Adapun jumlah pesawat yang dioperasikan saat ini hanya 6-7 pesawat jet jenis Boeing 737 seri 300 dan 400. Sedangkan untuk jenis MA-60, dari total 13 unit, hanya 8 unit yang beroperasi.