Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Tokyo, Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Proses akuisisi PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum), oleh pihak Jepang, Nippon Asahan Aluminium (NAA), dianggap belum selesai. Tidak benar kalau saat ini 100 persen saham sudah milik pemerintah
Indonesia.
Demikian diungkapkan sumber Nippon Asahan Aluminium (NAA) yang tak mau disebutkan jati dirinya khusus kepada Tribunnews.com, Sabtu (9/11/2013) malam waktu setempat.
"Pemberitaan yang menyatakan 100 persen saham sudah ditangan pemerintah Indonesia sangat tidak benar. Pihak NAA masih memiliki saham di Inalum sebesar 58,9 persen sampai saat ini. Pembicaraan dan negosiasi belum selesai dan kami akan melanjutkan pembicaraan kemungkinan di Singapura minggu depan," lanjutnya lagi.
Sebelumnya pemerintah Indonesia menyatakan per 1 November 2013, Inalum telah 100 persen menjadi milik Indonesia dengan penawaran harga 558 juta dolar AS untuk 58,9 persen tersebut.
"Soal uang juga sama sekali kita belum setuju dan masih harus banyak dibicarakan lagi dengan berbagai ketentuan lainnya. Jadi bukan soal uang saja tapi soal lain juga masih harus kita negosiasikan dengan Indonesia," lanjutnya.
Mengenai hal-hal lainnya, sumber tersebut belum mau bicara lebih lanjut.
"Pada pokoknya semua masih harus dibicarakan, dilanjutkan dan kita siap bicara dan negosiasi terus sampai dengan kedua pihak sepakat pada satu titik yang sama," katanya.
Selain itu sumber juga mengungkapkan bahwa karyawan NAA sama sekali tak diperkenankan masuk bekerja lagi di Inalum per 1 November terlebih yang warga negara Jepang.
"Kita sih tak mau bertengkar dengan pihak Indonesia. Mungkin dititipkan pesan ke bagian keamanan agar orang Jepangnya jangan diperbolehkan masuk," lanjutnya lagi.
"Jadi masih banyak yang harus kita verifikasi mengenai perkembangan terakhir Inalum saat ini dengan pihak Indonesia dan sekali lagi sama sekali tidak benar kalau 100 persen saham Inalum telah dipegang oleh pihak Indonesia dan kami pun di Jepang sama sekali belum terima uang apa pun dari Indonesia," ujarnya lebih lanjut.
Sumber itu juga berharap pertemuan minggu depan dapat membuka jalan lebih lanjut mengenai kasus Inalum ini dan berharap bisa diselesaikan baik-baik, tak perlu sampai ke arbitrase internasional.