News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Buruh KBN Dipaksa Teken Upah Rp 2,1 Juta

Editor: Sanusi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Demo Kenaikan Upah-Sekitar 600 buruh dari Kongres Aliansi Serikat Buruh Indonesia (KASBI) Serikat Pekerja Perkayuan dan Perhutanan Indonesia (SP Kahutindo) Samarinda, Serikat Buruh Mandiri Indonesia (SBMI) Kaltim, berorasi dalam unjuk rasa menuntut kenaikan Upah Minimal Kota 2013 dari 1,753 juta menjadi senilai 2,7 juta di Balaikota Pemkot Samarinda, Kamis (21/11/2013). Setelah melalui pertemuan alot dengan Dewan Pengupahan Kota (Depeko) Samarinda dan Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) serta Kepala Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Samarinda, UMK Samarinda tahun 2014 menjadi Rp 1,999 juta, atau naik Rp 243 ribu dari UMK tahun 2013 lalu sebesar Rp 1.753 juta.(TRIBUN KALTIM /NEVRIANTO HARDI PRASETYO)

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Beberapa perusahaan asing yang berada di Kawasan Berikat Nusantara (KBN) Jakarta Utara disinyalir tidak akan menerapkan UMP seperti yang telah ditetapkan oleh Pemerintah.

Hal itu diungkapkan oleh Bayu Murnianto, Ketua Umum Forum Serikat Buruh Indonesia. Bahkan menurut Bayu, para buruh di kawasan tersebut dipaksa untuk menandatangani penangguhan upahnya.

“Para buruh dipaksa untuk menandatangani penangguhan upah sebesar Rp 2.180.000. Mereka tidak mengikuti apa yang ditetapkan oleh Jokowi," kata Bayu usai acara Konferensi Pers tentang Aksi dan Mogok Daerah tanggal 28-29 November 2013 di Hotel Mega Cikini, Jakarta, Senin (25/11).

Apabila para buruh tidak mau menandatangani tersebut, maka perusahaan mengancam untuk pergi dari kawasan tersebut. "Perusahaan itu mengancam untuk hengkang, tahun lalu juga begitu. Tiap tahun juga begitu," tegasnya.

Menurut Bayu perusahaan yang menangguhkan upah tersebut adalah perusahaan dari Korea. Memang sekitar 50 persen dari total perusahaan yang berada di Kawasan Berikat Nusantara (KBN) merupakan perusahaan Korea. Mayoritas industri yang dikerjakan oleh perusahaan-perusahaan tersebut yakni garmen.
"Merek-merek top semua, seperti GAP, Nike, Adidas, itu diproduksi di sana (KBN)," katanya.

Produk garmen yang diekspor itu memiliki nilai jual yang sangat mahal. Misalnya saja baju Nike untuk Baseball yang dipasarkan di Amerika dijual dengan harga Rp 7 juta.

“Kami yang mengerjakan baju-baju itu dibayar lebih murah dari sehelai baju. Jelas kami kecewa,” katanya.(Emma Ratna Fury)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini