TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Anggota Komisi XI DPR RI membidangi Keuangan dari Fraksi Hanura Ir Nurdin Tampubolon mengharapkan pengambialihan Inalum dapat berlangsung mulus dan tidak bertele-tele lagi.
"Kemarin, Komisi XI telah menyetujui pencairan dana pengambilalihan Inalum sebesar 556,7 juta dolar AS, itu, Kita berharap proses selanjutnya berjalan mulus dan tidak bertele-tele, " ujar Nurdin Tampubolon, Kamis (5/12/2013) di Gedung DPR, Jakarta.
Komisi XI DPR menyetujui pencairan dana untuk ambilalih Inalum sebesar US$ 556,7 juta, sesuai kesepakan yang dihasilkan Tim negosiasi pengambilalihan PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) bentukan Pemerintah Indonesia dengan Nippon Asahan Aluminium (NAA). Jika proses lanjutan pengambilalihaN Inalum ini tidak lagi terkendala, maka pertengahan Desember ini soal Inalum sudah rampung, dan sepenuhnya milik Indonesia.
"Kita harapkan pertengahan Desember ini, proses pengambilalihan Inalum sudah rampung dan sepenuhnya milik kita," katanya.
Ketua DPP Hanura ini, juga mengapresiasi keberhasilan tim negoisasi Indonesia yang berhasil melakukan negoisasi sehingga pengambilalihan Inalum tidak lagi melalui jalur arbitrase.
"Hasil negoisasi ini kita apresiasi, sebab pengambilalihan Inalum tidak lagi berdasar audit, melainkan pada penghitungan Badan Pengawas Kebijakan Pembangunan (BPKP)," kata Nurdin.
Sebagai wakil rakyat dari daerah pemilihan Sumut 1, Nurdin Tampubolon sangat berharap proses pengambialihan Inalum berlagsung cepat, sebab manfaatnya bagi Sumut sangat besar, terutama untuk mengatasi pemadaman listrik yang sudah berlangsung lama dan meresahkan masyarakat. Karena itu, usai proses pengambilalihan Inalum tuntas, pasokan listrik dari Inalum bisa diperbesar sehingga masyarakat Sumut tidak lagi dibayangi pemadaman listrik.
Selama ini, tutur Nurdin Tampubolon, masyarakat Sumut sama sekali tidak pernah merasakan manfaat dari salah satu kekayaan sumber alam yang dimilikinya , yakni PLTA Tangga dan Sigura-gura dengan memanfaatkan aliran air Danau Toba melalui Sungai Asahan. Ironisnya, selama puluhan tahun kekayaan sumber alam Sumut ini hanya digunakan untuk pengolahan bahan baku alumunium oleh Jepang.
"Padahal, jika pasokan listrik dari PLTA Tangga dan Sigura-gura itu disisihkan untuk rakyat Sumut, maka rakyat Sumut tidak bakal mengalami pemadaman, seperti yang dialami sekarang," ujarnya.
Nurdin berharap, beralihnya kepemilikan Inalum ke Indonesia, porsi listrik untuk masyarakat Sumut bisa dinaikkan.