TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tak lama berselang dari pengumuman penawaran 19 rute di Indonesia Timur milik maskapai Merpati Nusantara Airlines yang dibekukan Kementerian Perhubungan, sejumlah maskapai menyatakan kesiapannya untuk melakukan pengambilalihan.
Baik maskapai pelat merah atau maskapai swasta sama-sama menyatakan minatnya untuk mengoperasikan rute-rute tersebut dengan armada yang dimilikinya.
Sebut saja, maskapai penerbangan perintis Susi Air. Susi Pujiastuti, pemilik maskapai tersebut mengaku siap saja mengoperasikan rute yang ditinggalkan Merpati asalkan bisa ditempuh menggunakan pesawat bermesin ganda yang dimilikinya. Namun sayangnya, ia belum bisa memastikan rute mana saja yang akan diambilnya tersebut karena belum mengetahui detail rute yang ditawarkan.
"Saya belum lihat peta, tapi yang jelas Susi Air siap ambil asal rute itu tidak diterbangkan dengan Boeing dan MA-60," tegasnya.
Hal tak jauh berbeda juga diungkapkan oleh Direktur Utama PT Citilink Indonesia, Arif Wibowo. Menurutnya, ia sudah mengakukan permohonan untuk mengambil alih rute milik Merpati. Hanya, ia merahasiakan rute yang diincarnya tersebut. Arif hanya mengisyaratkan perusahaannya tertarik dengan rute Merpati di Indonesia Timur seperti Papua dan Makassar.
Sedangkan maskapai pelat merah Garuda Indonesia masih belum bisa memberikan kepastian pengambilalihan rute Merpati. Menurut Emirsyah Satar, sebagai perusahaan Tbk perusahaannya akan melakukan suatu aksi korporasi jika hal itu bisa meningkatkan keuntungan.
"Tentunya kalau bisa dilayani oleh ATR kita atau pesawat kita, kita bisa melakukan," imbuhnya.
Sebelum menutup operasi, Merpati mengoperasikan 62 rute penerbangan. Namun hanya 19 rute penerbangan yang ditawarkan ke maskapai lain. Rute-rute tersebut meliputi Ambon-Labuha, Bade-Merauke, Biak-Sorong, Bima-Makassar, Ende-Saumlaki, Ewer-Merauke, Jayapura-Tanah Merah, Kepi-Merauke, Labuan Bajo-Maumere, Makassar-Maumere, Makassar-Merauke, Makassar-Selayar, Manado-Palu, Merauke-Tanah Merah, Merauke-Wanam, Moananami-Nabire, Mulia-Nabire, Sorong-Timika, dan Gebe-Ternate.
Meski telah ditutup, tetapi jumlah utang milik Merpati masih terus bertambah. Hingga hari ini diketahui jumlah utang perusahaan meningkat dari Rp 6,7 triliun menjadi Rp 7,3 triliun.
Nilai terbesat utang tersebut berada pada pemerintah dan BUMN. Rinciannya, utangnya pada pemerintah sendiri dalam bentuk Subsidiary Loan Agreement sebesar Rp 2,4 triliun, utang kepada BUMN lain sebesar Rp 2,7 triliun, utang pajak Rp 873 miliar, utang ke pihak swasta Rp 1,01 triliun, utang kepada karyawan dan dana pensiun Rp 282 miliar, dan utang ke pemda Rp 62 miliar. (RR Putri Werdiningsih)