TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Industri perbankan syariah di Indonesia masih lemah dalam pembiayaan korporasi dan infrastruktur. Ini lantaran struktur dana bank syariah masih didominasi pendanaan jangka pendek. Selain struktur pendanaannya masih berjangka pendek, bank syariah masih mengandalkan dana mahal dengan imbal hasil yang tinggi.
"Ini membuat bank-bank syariah sulit bersaing di layanan pembiayaan jangka panjang dengan margin yang kompetitif seperti segmen korporasi, termasuk infrastruktur," kata Edy Setiadi, Direktur Eksekutif Departemen Perbankan Syariah Otoritas Jasa Keuangan, belum lama ini.
Kondisi ini berbeda dengan karakter bank syariah di Malaysia maupun kawasan Timur Tengah. Bank syariah di negara itu sudah berperan besar di berbagai pembiayaan korporasi, termasuk infrastruktur. "Sementara di Indonesia, pembiayaan ritel masih menjadi strategi utama perbankan syariah kita," ujar Edy.
Di masa mendatang, bank syariah di Indonesia perlu memaksimalkan instrumen pendanaan di pasar domestik maupun internasional. "Misalkan IPO, terbuka jalan mencari tambahan dana jangka panjang dengan pricing rendah. Sehingga bank syariah bisa lebih optimal masuk ke sektor korporasi, termasuk infrastruktur," kata Edy.
OJK mencatat, per Desember 2013, dari total pembiayaan bank syariah Rp 179,23 triliun, porsi pembiayaan ke sektor produktif yang menjadi domain korporasi masih kecil. Contohnya pembiayaan sektor pertambangan baru senilai Rp 3,11 triliun atau hanya 1,73% total pembiayaan. Adapun pembiayaan ke sektor manufaktur senilai Rp 5,99 triliun setara 3,34% total pembiayaan.
Bandingkan dengan pembiayaan jasa dunia usaha Rp 45,73 triliun atau 25,51% total pembiayaan. Sedangkan pembiayaan jasa sosial masyarakat mencapai Rp 10,43 triliun atau 5,79% dari total pembiayaan. Bankir syariah mengakui fokus mereka lebih banyak ke segmen ritel.
"Karena potensinya memang sangat besar. Pemerintah saja menggalakkan UMKM," kata Direktur Utama BNI Syariah, Dinno Indiano Minggu (9/3). BNI Syariah sampai kini tidak mengalokasikan pembiayaan segmen korporasi. "Sebab kalau kami masuk segmen itu, buat apa bersaing dengan induk kami, Bank BNI?" ujar Dinno.
BRI Syariah juga memilih fokus di segmen ritel. Akhir 2013, kontribusi pembiayaan korporasi BRI Syariah cukup besar, yakni Rp 1,25 triliun atau 31% total pembiayaan. "Porsinya akan kami turunkan tahun ini, mungkin jadi 20%-25% dari total pembiayaan," kata Lukita T Prakasa, Sekretaris Perusahaan BRI Syariah. (Adhitya Himawan)