TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Chairman maskapai Sky Aviation, Yusuf Ardhi, dipastikan masih menyeleksi sejumlah investor untuk menyuntikkan modalnya ke Sky. Sebab, kurangnya suntikan modal dari investor disebut-sebut sebagai penyebab terhentinya operasional Sky Aviation sejak 19 Maret 2014.
"Kami memang belum mau gembar-gembor dulu. yang pasti, sejumlah investor tersebut berasal dari lokal dan asing," katanya kepada Tribunnews.com, Kamis (3/4/2014). Tapi, Yusuf enggan menyebutkan sejumlah nama investor yang dimaksud.
Yusuf juga memastikan, jika kesepakatan dengan sejumlah investor baru tersebut sudah menemui titik temu, maka Sky Aviation akan kembali mengudara dalam waktu dekat. "Kami berharap bulan ini sudah bisa terbang kembali. Kami juga meminta masyarakat yang terbiasa terbang dengan Sky untuk bersabar."
Yusuf mengakui, bisnis maskapai saat ini memang dalam ketidakpastian karena nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat terus melemah. "Pengeluaran untuk operasional maskapai dalam dolar, sementara pendapatan kita rupiah. Sudah pasti akan sulit."
Kendati berhenti beroperasi, pria yang masih aktif menjadi anggota Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) ini juga memastikan sejumlah pesawat Sky belum ada yang ditarik oleh lessor. "Pesawat masih lengkap, tidak ada yang ditarik."
Saat ini, Sky mengoperasikan tiga unit pesawat Sukhoi SSJ-100, lima unit Fokker F50, satu unit Fokker 100, satu unit Caravan, dan satu unit Cirrus SR-22.
Tengku Burhanuddin, Sekretaris Jenderal INACA, pernah mengatakan kabar penghentian operasional salah satu anggota INACA tersebut sudah diketahui sejak 18 Maret 2014. "Saya sudah dengar. Tapi memang Sky sedang ada negosiasi dengan investor barunya," kata Tengku.
Tengku mengatakan, investor yang saat ini menyuntik dana untuk Sky menolak business plan yang diajukan manajemen Sky, sehingga Sky mencari investor baru yang bisa menaungi bisnis dan operasional Sky Aviation. Namun, Tengku sendiri belum tahu siapa investor yang siap memberikan modalnya kepada Sky Aviation.
Gembar-gembor isu ketidakharmonisan antara pemegang saham sebenarnya sudah tercium oleh regulator (Kementerian Perhubungan) sejak Februari 2014. Kala itu, Dirjen Perhubungan Udara Herry Bhakti S Gumay, mengatakan Sky Aviation sulit bersaing karena modal yang tidak memadai untuk ekspansi. Upaya pengembangan oleh Sky Aviation ternyata tak didukung oleh finansial pemegang saham.
"Maskapai yang bisa bertahan saat ini adalah yang bisa lebih efisien dan memiliki kondisi internal yang baik," kata Herry.
Terbang 30 April
Di sisi lain, Kemenhub memastikan maskapai Sky Aviation sudah mengajukan perpanjangan penundaan pelayanan rute menyusul penghentian sementara operasi oleh maskapai telah berakhir Senin (31/3/2014).
Djoko Murjatmodjo, Direktur Angkutan Udara Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan, mengatakan surat resmi untuk perpanjangan dirilis regulator kemarin sejak diajukan pada 1 April 2014. Sky Aviation meminta perpanjangan waktu penghentian sementara operasi hingga 30 April 2014.
"Tapi nanti akan kembali kita hitung soal perpanjangan tersebut. Sebab perpanjangan hanya bisa dilakukan untuk satu kali, setelah itu jika maskapai tersebut tidak lagi terbang maka izin rutenya bisa dicabut oleh regulator," katanya.
Menurut Djoko, alasan Sky Aviation meminta perpanjangan untuk menghentikan sementara operasinya yaitu due diligence dengan investor baru hingga kini tak kunjung selesai.