TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Bank Indonesia (BI) menyatakan utang luar negeri swasta naik cukup signifikan, dan kondisi ini cukup dikhawatirkan.
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI) Tirta Segara memaparkan, data BI menunjukkan utang luar negeri (ULN) swasta hingga akhir tahun 2013 mencapai 141 miliar dollar AS. Sementara itu, ULN pemerintah pada periode yang sama hanya mencapai 124 miliar dollar AS.
"Saat ini memang utang luar negeri terutama swasta meningkat cukup tajam. Ini menjadi concern kami. Kita akan cermati," kata Tirta pada konferensi pers di kantornya, Selasa (8/4/2014).
Tirta menyebut, meskipun ULN swasta mayoritas berbentuk loan agreement dan mayoritas jangka panjang, namun ada beberapa utang yang tidak di-hedge (lindung nilai). "Padahal kalau dilihat datanya pengutang tersebut penghasilannya dalam rupiah, sehingga perlu dicermati karena besarannya makin hari makin meningkat," papar Tirta.
Dia mengungkapkan peningkatan ULN swasta tersebut dikhawatirkan akan menciptakan gejolak nilai tukar rupiah terhadap dollar AS. Bila pertumbuhan ULN swasta dibiarkan terus pesat, akan berpengaruh terhadap pelunasan pembayaran utang.
"Kalau utangnya dalam valas tentu bayarnya dengan valas juga. Penghasilan valas itu dari ekspor, tapi kalau belum kuat ekspornya, supply dan demand tidak seimbang. Perlu sumber, kalau sumber-sumber untuk pembayaran belum kuat, yaitu ekspor, dalam titik tertentu akan ada gejolak nilai tukar dan sebagainya," jelasnya. (Sakina Rakhma Diah Setiawan)