TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tarif Dasar Listrik (TDL) industri naik lagi pada Mei mendatang. Pengusaha memprotes karena kenaikan listrik bisa mendongkrak beban usaha.
Sofjan Wanandi, Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) mengatakan, imbasnya, bisa-bisa ada beberapa perusahaan yang tutup dan bangkrut. "Kalau listrik naik terus, kita tidak bisa bersaing dengan perusahaan lain dari Asean," ujarnya, Rabu (16/4/2014).
Industri yang paling berpengaruh terhadap kenaikan ini adalah industri hulu. Pengusaha pun harus melakukan efisiensi untuk menghadapi hal ini.
Senada, Yos Adiguna Ginting, Direktur PT HM Sampoerna mengatakan masalah kenaikan listrik ini memang pelik.
"Kenaikan tarif listrik ini akan sangat membebani dunia usaha, perusahaan bisa gulung tikar," kata Yos, di Permata Kuningan, Rabu (16/4).
Padahal, saat ini pengusaha domestik tengah berjuang untuk bersaing dengan industri luar negeri. Pengusaha pernah mengusulkan agar kenaikan dilakukan bertahap setiap tahun agar tak membebani.
"Otomatis biaya produksi naik, harga jual naik. Tapi tak semudah itu," tambahnya. Selama ini kebijakan yang ada seolah membebankan semuanya pada pengusaha.
"Di sisi lain, kami juga mendukung pengurangan subsidi energi, untuk dialihkan ke bidang lain seperti infrastruktur, angkutan masal murah, otomatis biaya hidup murah," kata Yos.
Menurut Yos, sebaiknya pemerintah menyediakan beberapa alternatif sumber energi. Jadi bukan hanya memberikan energi listrik yang tiap tahunnya selalu naik.
"Jadi pengusaha bisa memilih untuk konversi, jadi pengembangan energi alternatif harus disediakan pemerintah," tambahnya.
Sementara itu, Soebronto Laras, Presiden Komisaris Indomobil mengatakan sebaiknya jangan menaikkan secara drastis. "Jangan drastis begitu naiknya, bisa berpengaruh besar terhadap dunia industri," ujarnya.(Risky Widia Puspitasari)