TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Perbankan syariah memdominasi pembiayaan untuk proyek-proyek ramah lingkungan di Indonesia. Deputi Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Bidang Pengawasan Perbankan, Mulya Siregar, mengungkapkan, sampai dengan triwulan I-2014, total kredit green financing di perbankan Indonesia mencapai Rp 15,5 triliun.
Pembiayaan proyek ramah lingkungan atau green financing didominasi oleh perbankan syariah lantaran ketatnya peraturan. "Di perbankan syariah strict (teliti) sekali. Kredit atau pembiayaan tidak boleh diberikan kalau berdampak terhadap lingkungan," kata Mulya, Senin (26/5/2014).
Mulya merinci, bank syariah yang memiliki portofolio terbesar dalam penyaluran pembiayaan green financing adalah Bank Syariah Mandiri (BSM) dan Bank Muamalat.
Untuk rasio pembiayaan bermasalah atau non performing financing (NPF) di sektor ini dinilai masih kecil. Oleh karena itu, OJK mendorong perbankan untuk meningkatkan portofolio green financing.
Pembiayaan green financing pada perbankan Indonesia hanya sebesar 0,47% dari total kredit bank yang disalurkan yaitu sebesar Rp 3.306 triliun. Peningkatan porsi pembiayaan sektor green financing sangat diperlukan, karena akan berdampak pada penurunan beban impor energi dan pangan.
Sementara itu, pembiayaan green financing didominasi kepada proyek pembangkit listrik tenaga mini hidro, dengan rata-rata nominal kredit sebesar Rp 259 miliar per bank. Sedangkan contoh lain yang termasuk dalam kategori green financing antara lain micro hydro, pertanian organik, perikanan, biogas, geothermal, ecotourism, biofuel dan green forestry. (Dea Chadiza Syafina)
Bank Syariah Dominasi Green Financing
Editor: Hendra Gunawan
AA
Text Sizes
Medium
Large
Larger