TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Analis Investasi Aris Tjendra mengatakan, prediksi dia mengenai MMM beberapa bulan lalu, ternyata terbukti. Pada Agustus 2014 ini MMM ambruk sesuai dengan apa yang diungkapkanya beberapa bulan lalu.
Para leader MMM kemudian membuat website baru, tapi semuanya tak menjamin seluruh anggota yang belum dapat pengembalian uang akan memperolehnya sesuai dengan yang dijanjikan, yakni, pokok ditambah bunga.
Menurut Aris, masalah utama MMM adalah bermain di wilayah abu-abu. Makanya tak satupun otoritas keuangan di Indonesia bisa mengawasinya. Satu-satunya yang bisa mengawasi adalah polisi. Itupun apabila sudah ada laporan tindak pidana.
Terkait legalitasnya, kata Aris, MMM bermain di area yang amat abu-abu. Artinya, hukum belum menyentuh wilayah di mana MMM menjalankan sistemnya.
Pertama, lanjut Aris, MMM tak perlu mendapat izin dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Sebab MMM tak menarik dana masyarakat. Berbeda dengan bank maupun saham dan produk derivatif keuangan lainnya seperi Forex dan Index.
Kedua, ucap Aris, MMM juga tak bisa dibilang sebagai produk investasi. Bagi Aris apabila MMM disebut sebagai produk investasi justru akan jadi perdebatan. Sebab dari beberapa unsur investasi, MMM hanya menjanjikan return saja.
“Kalau dengan unsur return saja MMM kemudian dianggap produk investasi, maka dia harus terdaftar di OJK. Makanya ini sebenarnya wilayah abu-abu yang masih kurang jelas pengaturannya,” kata Aris.
Ketiga, jelas Aris, MMM juga tak bisa disebut sebagai MLM. Makanya MMM tak perlu terdaftar di Asosiasi Penjualan Langsung Indonesia (APLI).
Menurut Aris, MMM adalah perpaduan antara arisan dan investasi. Uniknya uang anggotanya tak disetor ke satu akun tertentu. Lalu pembayaran bunga dan bonus para anggota hanya berasal dari penambahan anggota baru.
Dari analisa Aris, hanya itulah satu-satunya skema mendapatkan bonus dan bunga. Sebab uang para anggota disimpan di rekening masing-masing anggota dan disetor langsung ke anggota lain begitu diperintah sistem MMM.
Makanya, kata Aris, kunci dari MMM adalah kepercayaan antar anggota MMM. Lalu kepercayaan itu harus bisa terus ditularkan, sehingga makin banyak anggota MMM dan semakin banyak yang percaya dengan MMM.
Dengan begitu uang akan terus berputar. Makanya, ketika pemberitaan negatif muncul, kepercayaan hilang, dan MMM pun amblas.
Perencana keuangan Aidil Akbar juga sudah memprediksi bahwa MMM bakal kolaps. Aidil menjelaskan, penyebab MMM belum memperoleh keluhan kerugian sampai sebelum usai Lebaran karena masih banyak masyarakat yang mengikuti arisan berantai ini.
Selain itu, ada semacam perilaku ingin kaya dalam waktu singkat tanpa kerja keras di dalam diri peserta. Hal itu yang membuat MMM banyak digemari.
"MMM selama masih ada yang ikutan ya tidak akan rugi. Karena ini sistemnya piramida, maka yang di bawah yang memberikan uang kepada yang di atasnya. Kalau yang di bawahnya habis, ya rugi semua. Selama masih banyak yang bisa dibohongi dan ikutan, ya, ini jalan," ujar Aidil.(Theo Yonathan Laturiuw)