TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Pemerintah berencana untuk mencabut subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM). Untuk menanggapi hal ini, ada peluang investasi yang dianggap menggiurkan seperti investasi di produk saham ataupun investasi lainnya yang berhubungan dengan saham.
Michael Steven, Direktur Utama PT Kresna Graha Securindo, Mengatakan bahwa ada baiknya jika investasi dapat disalurkan melalui saham. Aksi ini dilakukan dengan melihat resiko inflasi yang terangat besar dengan kenaikan BBM bersubsidi.
"Antisipasi inflasi jangan melalui obligasi, karena obligasi rentan dengan inflasi, yieldnya bisa turun jika ada inflasi, lebih baik ke saham atau reksadana saham," kata Steven, di jakarta, Kamis (4/09/2014).
Ia mengatakan bahwa kenaikan harga BBM akan menimbulkan koreksi bagi sejumlah saham. Namun ini saat yang tepat untuk membeli saham kerika harganya sedang anjlok.
"Jadi ketika harga saham anjlok lebih baik beli karena akan naik lagi beberapa kemudian, dulu pada 2008 saham Astra terkoreksi jadi Rp 3500 per lembar saham dari Rp 6.000 per lembar saham, namun kembali tembus Rp 8000 per lembar saham jadi investasilah di saham," katanya.