Aussie menambahkan, SKK Migas telah mengirimkan rekomendasi ke ESDM sejak 2012 silam soal kelanjutan operasi di Blok Mahakam. Apabila pengelolaan blok diserahkan ke perusahaan pelat merah, tentu perlu waktu adaptasi untuk menjadi kinerja lifting migas, sehingga kepastian harus disegerakan.
SKK Migas melihat Blok Mahakam masih signifikan untuk terus dikembangkan mengingat produksinya cukup besar, yakni 1.750 million metric standard cubic feet per day (mmscfd) dan kondesat 70.000 hingga 76.000 barel per hari (bph).
"Hitungan kami bisa diproduksi hingga tahun 2032, dengan melihat cadangan dan laju penurunan produksi," imbuh dia.
Sementara itu, untuk permohonan perpanjangan kontrak Blok Masela, menurut Johanes, memang Inpex menginginkan perpanjangan kontrak dari yang seharusnya berakhir tahun 2028 menjadi tahun 2048.
"Kami masih menunggu pemerintah. Artinya keputusan di tangan pemerintah baru, kan," ujarnya.
Pengamat energi dari ReforMiner Institute, Komaidi Notonegoro mengatakan, mundurnya kepastian perpanjangan kontrak blok migas tentunya akan berdampak pada turunnya tingkat produksi migas.
"Sebab investor menahan investasi dan tidak ada ekspansi," kata dia. (Muhammad Yazid/Pratama Guitarra)