News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Harga Elpiji Naik, Pengusaha Makanan Terpaksa Naikkan Harga

Editor: Hasanudin Aco
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pekerja tengah membereskan gas elpiji 12 kilogram di salah satu agen di Kawasan Kramat Sentiong, Senen, Jakarta Pusat, Rabu (10/9/2014). PT Pertamina (Persero) menaikkan harga elpiji nonsubsidi tabung 12 kg sebesar Rp1.500 per kg atau setara Rp 18.000 per tabung. Warta Kota/angga bhagya nugraha

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - PT Pertamina resmi menaikkan harga elpiji 12 kilogram (kg) sebesar Rp 1.500 per kilogram atau sekitar Rp 18.000 per tabung. Kenaikan harga gas elpiji 12 kg membuat pelau usaha kecil dan menengah (UKM) kelabakan.

Sebab, kenaikan itu mengerek biaya operasional mereka sehingga mempengaruhi harga produk yang mereka jual. Herry Gunawan, pemilik Resto Cabe Ulek mengaku segera menaikkan harga jual mengikuti kenaikan harga elpiji 12 kg.

Herry mengaku, sebenarnya tak ingin menaikkan harga jual. Namun, dengan kenaikan elpiji 12 kg, ia pun terpaksa menaikkan harga jual bila tak ingin rugi.  “Sekarang saya masih menunggu kondisi sampai satu bulan ke depan,” katanya.

Resto ini menawarkan  sekitar 70 menu masakan Sunda. Harga jualnya bervariasi mulai Rp 25.000 hingga Rp 50.000 per porsi.

Anto W Kusumo, pemilik Bella Fried Chicken juga merasakan hal yang sama. Meski bukan pengguna gas elpiji 12 kg, dia mengaku tetap terkena dampaknya.

Laki-laki yang akrab disapa Anto ini mengaku, kenaikan harga elpiji 12 kg ikut mengerek naik harga elpiji ukuran 3 kg. “Naiknya tidak banyak sekitar Rp 500 per tabung,” katanya.

Sehari-hari, Anto hanya menggunakan elpiji ukuran 3 kg karena menjual ayam goreng secara gerobakan. Dalam sehari dia bisa menghabiskan sekitar 1 kg hingga 2 kg gas elpiji. Bila dikalkulasi, dalam sebulan dia bisa menghabiskan sekitar 30 kg sampai 60 kg gas elpiji.

Namun, kendati harga elpiji naik ia belum berencana menaikan harga jual. Ia khawatir bila harga jual produknya naik, konsumen akan komplain. Ia pun terpaksa menahan harga kendati margin tergerus.

Saat ini, Anto menghargai ayam gorengnya mulai Rp 6.000 hingga Rp 8.000 per porsi. Dalam sebulan, dia bisa mengantongi omzet sekitar Rp 15 juta.

Setelah dikurangi biaya bahan baku dan operasional, keuntungan bersih yang didapatkannya sekitar 30% dari omzet. Namun, akibat kenaikan harga elpiji, keuntungan bersihnya dipastikan turun.  

Supaya marginnya tidak semakin tertekan, kini ia mulai berburu supplier elpiji yang menawarkan harga murah. Fajrul, pemilik Soto Betawi Bang Fajrul juga terkena dampak kenaikan harga elpiji 12 kg.

Sama seperti Anto, ia juga memakai elpiji ukuran 3 kg. Nah, sejak beberapa hari terakhir, harga elpiji 3 kg juga mengalami kenaikan.

Kenaikan itu buntut dari naiknya harga elpiji 12 kg. “Mau tidak mau saya naikkan harganya karena kemarin laba saya sudah turun 25%–30% per harinya,” ujarnya.

Kini Fajrul membanderol harga sotonya menjadi Rp 20.000 per mangkok. Sebelumnya harga jual sotonya masih Rp 18.000 per mangkok.

Ia mengakui, kenaikan harga jual ini membuat konsumennya sedikit turun karena daya beli menjadi berkurang. "Yang bertahan paling langganan,” ujarnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini