* Berburu Masyarakat Kelas Menengah
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - 17 September kemarin bertempat di The Ballroom Ritz Carlton, Pacific Place, Jakarta, berlangsung Investor Summit dan Capital Market Expo (ISCME) 2014. Ini salah satu kegiatan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang diminati warga Jakarta. Peserta yang hadir ribuan, dengan beragam latar belakang profesi.
Acaranya dibuka dengan tarian adat Betawi. Aktris Raisa juga datang. Bukan sebagai peserta. Raisa justru menjadi bintang. Mengenakan pakain kebaya berwarna putih, Raisa tampil wah. Ia menyanyikan dua lagu. Lenggang lenggong Jakarta, dan Could It Be saat membuka acara yang berlangsung selama dua hari.
Pembawa acara Muhammad Farhan pun memuji penampilan Raisa. "Saya grogi tampil di hadapan mantan pacar," ucap Farhan.
Menurutnya, Raisa itu bak bursa saham di Tanah Air. "Raisa seperti saham. Cantik, muda dan menarik," ungkapnya.
Betulkah saham itu cantik, muda dan menarik?
Berbekal indikator pasar modal Indonesia, IHSG pada 16 September 2014 tercatat berada di angka 5.130,5 dengan year to date positif sebesar 20,03 persen. Pada tanggal yang sama, nilai kepemilikan saham di pasar modal Indonesia dikuasai investor asing, dengan persentase 64,41 persen atau sebesar Rp.1.838 triliun. Sedangkan nilai transaksi Surat Berharga Negara mencapai Rp.11,71 triliun.
"Kondisi ini menggambarkan adanya optimisme yang cukup tinggi dari para pelaku pasar terutama investor asing terhadap perkembangan pasar modal Indonesia ke depan," ucap Ketua Dewan Komisioner OJK Muliaman D Hadad saat membuka acara Investor Summit.
Namun demikian, bagi mantan Deputi Gubernur Bank Indonesia, seksinya pasar modal belum menjadi gaya hidup masyarakat kelas menengah di Indonesia. Jumlah masyarakat yang ikut berinvestasi di pasar modal Indonesia baru mencapai 400 ribu. Hal ini menyusul temuan data single investor identity (SID) yang dimiliki Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI).
"Jika dibandingkan dengan total jumlah masyarakat kelas menengah Indonesia, rasionya hanya sekitar 0,3 persen," ungkapnya.
Muliaman mengemukakan, data Bank Dunia pada 2010 menyebut jumlah masyarakat kelas menengah Indonesia terus tumbuh. Pada 2003, jumlah masyarakat kelas menengah mencapai 37,7 persen. Angka ini membengkak menjadi 56,6 persen atau sekitar 134 juta jiwa pada 2010.
"Dari gambaran demografi ini, kita bisa melihat oportunity yang cukup besar bagi kita untuk meningkatkan jumlah investor domestik dengan menjaring potensi pertumbuhan masyarakat kelas menengah Indonesia," ujar Muliaman.
Ia menilai, kebutuhan masyarakat kelas menengah memiliki yang cukup besar di investasi justru terpendam lantaran mereka memiliki pengetahuan yang minim perihal berinvestasi di sektor jasa keuangan, khususnya pasar modal. Sebagian besar masyarakat kelas menengah masih memiliki pandangan yang konvensional dalam hal menginvestasikan kelebihan dananya, yaitu melalui tabungan di bank.
"Dari berbagai gambaran tersebut, strategi edukasi dan sosialisasi secara terus menerus kepada masyarakat khususnya masyarakat kelas menengah Indonesia, mengenai industri jasa keuangan perlu terus dilakukan," ujarnya.
Untuk mendukung hal tersebut, OJK melalui strategi literasi keuangan telah melaksanakan beberapa program edukasi keuangan. Investor Summit adalah satu jawaban atas upaya OJK memerangi pemahaman masyarakat yang masih minim di pasar modal.
Tidak hanya itu, upaya edukasi dan sosialisasi juga dilakukan dengan mendalami pasar melalui perluasan variasi produk. "Ini menjadi penting, supaya masyarakat memiliki banyak alternatif pilihan investasi yang menarik dan aksesnya mudah dijangkau," ungkapnya.
OJK juga menggodok sejumlah peraturan baru untuk memperlicin likuiditas pasar modal di Tanah Air. Peraturan baru diharapkan menjadi obat penumbuh jumlah emiten dan investor dalam negeri.
Kepala Eksekutif Pengawasan Pasar Modal OJK Nurhaida mengemukakan, peraturan baru akan mendongkrak sinergi pasar modal, perbankan, serta asuransi.
"Peraturan rating minimal A bisa direlaksasi sehingga tidak terbatas oleh peringkat saja. Namun, kita juga tidak boleh mengorbankan perlindungan terhadap nasabah dengan peraturan-peraturan baru ini," kata Nurhaida memberi contoh perihal peraturan baru yang menjadi stimulus masyarakat berinvestasi dan emiten terus tumbuh.
OJK juga terus berupaya mencari terobosan baru. Pertimbangan keringanan biaya bagi penerbitan obligasi, pemberian insentif, serta perubahan aturan tentang agen penjual reksa dana tengah dikaji secara mendalam. "Mudah-mudahan bisa terealisasi tahun ini," imbuhnya.
Cara lain yang dilakoni OJK adalah mempermudah peraturan penawaran umum saham perdana (initial public offering/IPO). Upaya ini dilakukan sejak akhir 2013 agar calon emiten bisa go public. "Misalnya, dengan membangunan sistem e-registration untuk calon emiten yang hendak mengurus izin penawaran umum," ujarnya.
Ia mengatakan, sistem online juga menjadi jawaban atas upaya merampingkan prosedur pendaftaran yang selama ini dianggap cukup merepotkan. Harapannya, sistem online memudahkan dan menghemat biaya.
Direktur Utama PT Bursa Efek Indonesia (BEI) Ito Warsito berharap, pasar modal di masa mendatang menjadi bagian masyarakat. Investasi di pasar modal sepatutnya menjadi gaya hidup. Langkah ini sejalan dengan rencana OJK terkait market deepening alias pendalaman pasar.
"Kami ingin investasi sebagai gaya hidup. Akan menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Kami tidak ingin pasar modal sebagai sesuatu yang elit, eksklusif," katanya.
Jurus BEI mendekatkan diri ke masyarakat adalah dengan menggelar Olimpiade Pasar Modal Nasional untuk siswa SMA. Olimpiade Pasar Modal Nasional itu untuk mengukur pengetahuan anak-anak SMA, SMK, dan Madrasah Aliyah tentang pengetahuan pasar modal.
"Kami kerjasama dengan Kemendikbud dan asosiasi guru ekonomi Indonesia. Setiap tahun kami ukur dengan menyelenggarakan olimpiade itu," ujarnya.
Uniknya, pemenang olimpiade justru didominasi siswa dari luar Jawa. Bagi Ito, hal itu menjadi penanda bahwa masyarakat Indonesia mulai melek berinvestasi di pasar modal.
"Ini artinya, pengetahuan tentang pasar modal tidak hanya khusus masyarakat di kota besar," tuturnya.
Acara Investor Summit yang digagas OJK ini menggandeng Self Regulatory Organization (SRO) meliputi PT Bursa Efek Indonesia (BEI), PT Kliring Penjamin Efek Indonesia (KPEI), dan PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI). Investor Summit menjadi ajang tatap muka investor dengan para emiten. Investor bisa melihat paparan kinerja emiten sebagai bahan pertimbangan menanamkan modal.
Sedikitnya 30 emiten bergabung pada acara Investor Summit. Dua belas emiten tampil hari perdana. Mereka antara lain PT Telkom Tbk (TLKM), PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR), PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) dan PT Jasa Marga Tbk (JSMR).
Tidak ketinggalan, terdapat pula PT Astra Otoparts Tbk (AUTO), PT Salim Ivomas Pratama Tbk (SIMP), PT Timah Tbk (TINS) dan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) serta PT Astra International Tbk (ASII), PT United Tractor Tbk (UNTR) dan PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS).