Pemberian suku bunga tinggi jelas akan membikin bank harus merogoh kocek lebih dalam untuk membayar bunga kepada nasabah. Budi mengatakan, Bank Mandiri akan memiliki beban bunga yang cukup besar jika mempertahankan suku bunga deposito tetap tinggi. Selain itu, persaingan dana di perbankan akan semakin ketat.
Masalahnya, Taswin mengatakan, pada saat biaya dana alias cost of fund membengkak lantaran bunga deposito tinggi, bank tidak bisa mengerek suku bunga terlalu tinggi. Sebab, bunga kredit yang terlalu tinggi menimbulkan risiko kredit bermasalah alias non performing loan. Nah, karena kenaikan bunga deposito tak sebanding dengan kenaikan bunga kredit, ujung-ujungnya margin bunga bersih alias net interest margin (NIM) bank bakal turun.
Taswin mengatakan, NIM BII biasanya berada di kisaran 5,5%–5,6%. Bahkan, NIM BII pernah menyentuh level 6%. Namun, lantaran harus mematok suku bunga tinggi, NIM BII saat ini menurun di level 5,1%. Padahal, NIM menunjukkan kemampuan bank dalam menghasilkan pendapatan dari bunga. Secara teoritis, semakin tinggi pendapatan bunga bersih, maka kian tinggi pula laba yang dihasilkan bank.
Bukan cuma BII yang harus rela NIM tergerus lantaran menawarkan bunga deposito tinggi. Bank Tabungan Negara (BTN) juga memproyeksikan NIM hingga akhir tahun 2014 bakal menurun di kisaran 5%. Eko Waluyo, Sekretaris Perusahaan BTN, mengatakan, NIM BTN akhir tahun ini lebih rendah dibandingkan pencapaian tahun lalu yang sebesar 5,44%. “NIM kami juga sedikit menurun tapi masih relatif stabil di kisaran 4%,” imbuh Parwati Surdjaudaja, Direktur Utama Bank OCBC NISP.
Barangkali, hanya BRI yang masih bisa menikmati NIM yang tinggi. Baiquni menargetkan NIM BRI berada di level 8%. Sebab, BRI fokus menyalurkan kredit ke sektor usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) yang memiliki risiko tinggi.
Namun, secara rata-rata industri, NIM perbankan setahun terakhir memang terus menurun. Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), NIM perbankan per Juli 2014 berada di level 4,2%. Padahal, per Juli 2013, NIM industri perbankan masih berada di level 5,46%.
Doddy Ariefianto, Kepala Divisi Risiko Perekonomian dan Sistem Keuangan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), menilai, wajar jika NIM perbankan terus menurun. Pasalnya, jika dihitung sejak kenaikan BI rate November 2013 lalu hingga Agustus tahun ini, bunga deposito sudah naik di kisaran 300 bps. Sementara, bunga kredit hanya naik berkisar 150 bps.
Dengan memangkas bunga deposito, bank tentu bisa menikmati NIM lebih besar. Dengan catatan, bunga kredit tidak ikut turun. Namun, bukan berarti langkah pemangkasan bunga deposito tanpa risiko lantaran langkah tersebut tak seragam dijalankan oleh semua bank. Alhasil, penurunan bunga deposito bisa membikin deposan lari ke bank lain. Ujung-ujungnya, pertumbuhan DPK bisa seret lagi sehingga likuiditas kembali ketat.
Namun, Jahja optimistis, pemangkasan suku bunga deposito tak akan membikin pertumbuhan DPK melambat. Buktinya, sejak awal Agustus hingga pertengahan September lalu, jumlah deposito di BCA naik Rp 2,9 triliun meski suku bunga sudah turun. Selain itu, BCA selalu mengevaluasi penurunan suku bunga. “Kalau memang perlu naik, suku bunga deposito bisa dinaikkan lagi,” katanya.
Senada dengan itu, Baiquni mengatakan BRI tidak takut jika nasabah akan memindahkan dana ke bank lain. Sebab, bank lain juga ikut menurunkan bunga deposito. Selain itu, BRI berupaya memberikan layanan agar nasabah selalu loyal.
Ada yang bertahan
Toh, kenyataannya, tidak semua bank ikut arus menurunkan bunga deposito. Bank OCBC NISP, misalnya, memilih tetap mempertahankan bunga deposito di level yang sesuai dengan BI rate. Meski begitu, Parwati mengatakan, likuiditas OCBC NISP masih terjaga dengan LDR di bawah 90%, loan to funding ratio (LFR) di kisaran 80%, dan secondary reserve di atas 26%.
Bank Permata juga masih akan mempertahankan suku bunga deposito. Direktur Bank Permata Bianto Surodjo mengatakan, penurunan atau kenaikan bunga deposito di Bank Permata sangat tergantung pada pergerakan suku bunga di pasar. Saat ini, LDR Bank Permata di kisaran 90%.
BTN juga belum punya rencana memangkas suku bunga deposito. “Tapi, secara selektif kami mulai melepas deposito berbunga tinggi,” kata Eko.