TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Restu Pratiwi, Ketua Umum Yayasan Danamon Peduli (YDP) menegaskan komitmen Danamon dan Adira untuk peduli terhadap keberadaan dan kelangsungan pasar rakyat.
Menurutnya, Danamon dan Adira melalui Yayasan Danamon Peduli, berupaya dan berperan aktif mempertahankan keberadaan dan kelangsungan pasar rakyat juga turut mengampanyekan peran pasar rakyat sebagai tulang punggung perekonomian Indonesia.
"Hal ini kami wujudkan melalui berbagai cara, salah satunya dengan menggelar diskusi, sebagai wadah komunikasi untuk membahas dan mengangkat isu pasar rakyat. Melalui diskusi ini, kami yakin akan terbentuk kemitraan-kemitraan untuk pengembangan pasar rakyat ke depannya,” ungkapnya, Kamis (2/10/2014), jakarta.
Kata Restu, Sejak 2006 Danamon Peduli telah memiliki komitmen yang kuat dan telah aktif ambil bagian dalam mendukung revitalisasi pasar rakyat. Fokus programnya pada perbaikan kondisi fisik dan kesehatan lingkungan pasar.
Sendangkan Pada 2010, Danamon Peduli meningkatkan komitmen dukungannya dengan meluncurkan Program Pasar Sejahtera, program yang dilakukan dengan penekanan menggali dan menumbuhkan komitmen serta dukungan pemerintah daerah, pengelola dan para pedagang dalam merawat dan mengembangkan pasar rakyat.
Selanjutnya, Tahun 2014 ini Danamon Peduli berkomitmen untuk menyalurkan dana sebesar Rp2,8 miliar untuk pengembangan dan kelangsungan pasar rakyat di seluruh Indonesia.
Hal ini dilakukan di sebanyak sepuluh pasar rakyat antara lain tujuh lokasi yang menjadi percontohan, yaitu Pasar Ibuh Kota Payakumbuh, Pasar Grogolan Kota Pekalongan, Pasar Bunder Kabupaten Sragen, Pasar Baru Kota Probolinggo, Pasar Semampir Kabupaten Probolinggo, Pasar Sindangkasih Kabupaten Majalengka, dan Pasar Kemuning Kota Pontianak dan penambahan 3 lokasi baru yang akan diresmikan tahun ini.
Data survei AC Nielsen tahun 2013 menunjukkan jumlah pasar rakyat di Indonesia terus mengalami penurunan. Tahun 2007 pasar rakyat berjumlah 13.550, tahun 2009 berjumlah 13.450 dan tahun 2011 berjumlah 9.950.
Sementara perbandingan pertumbuhan pasar rakyat terhadap pasar modern cukup drastis, di mana pasar rakyat hanya -8,1 persen sementara pasar modern 31,4 persen.
Dia jelaskan pula, Keberadaan pasar rakyat di Indonesia bukan semata-mata urusan ekonomi saja. Tapi, lebih jauh mencakup mengenai isu ruang dan relasi sosial, warisan dan ranah budaya, sekaligus peradaban yang berlangsung sejak lama mengingat nilai historis yang sudah melekat.
"Menyikapi kenyataan bahwa pasar rakyat saat ini keberadaannya semakin terdesak, muncul suatu pertanyaan, “Mampukah pasar rakyat bertahan di tengah arus modernitas yang terjadi?”
"Salah satu penyebab tidak berkembangnya pasar rakyat saat ini adalah kondisi fisik dari pasar itu sendiri seperti bau, pengap, berantakan, becek dan jorok. Kenyataan itulah yang membuat para pengunjung pasar rakyat beralih memilih pasar modern dan hypermarket yang lebih menawarkan kelengkapan dan kenyamanan berbelanja dibandingkan pasar rakyat," jelasnya.
Selain keadaan fisik yang kalah bersaing dengan pasar modern, saat ini ciri khas pasar rakyat sebagai pasar yang menyediakan kebutuhan barang dengan harga murah juga tidak populer lagi.
Pasar rakyat rakyat yang memiliki keunikan dan identik dengan pasar yang memungkinkan adanya tawar-menawar barang juga menjadi tidak menarik lagi karena saat ini hypermarket menawarkan barang-barang kebutuhan dengan harga murah dan bahkan memberikan harga diskon.
Kenyataan inilah yang membuat para konsumen melupakan keberadaan pasar rakyat.