TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- PT Mandiri Tunas Finance (MTF), anak usaha PT Bank Mandiri Tbk, menghindari pembiayaaan alat berat bagi perusahaan tambang yang akan melakukan ekspor ke China.
Erick Tandayu, Senior Vice President COP & Fleet Business Division Mandiri Tunas Finance, menuturkan hal ini karena pola pembayaran oleh China yang tidak menentu karena cenderung membeli barang dalam jumlah banyak dan harga yang tinggi.
"Di China itu belinya tidak sustain dalam artian mereka kerap membeli barang dalam jumlah banyak dengan harga diatas kewajaran, namun setelah dua tahun dia tidak membeli lagi," katanya di jakarta, Selasa (21/10/2014).
Dia menuturkan banyak perusahaan tambang yang mengalami penurunan setelah dua tahun. Berbeda jika halnya penjualan hasil tambang ditujukan untuk kebutuhan dalam negeri seperti Pembangkit Listrik Negara (PLN), Power Supply serta kebutuhan lainnya.
Dia menggambarkan China kerap membeli batubara sebanyak 1000 Metrik Ton dengan harga 125 Dollar AS per ton. Berbeda dengan harga dipasaran yang dipatok dengan harga 80 Dollar AS.
"Mereka membeli dalam jumlah besar selama dua tahun, setelah itu hilang, apalagi tambang sedang turun, maka kami membatasi kredit untuk tambang, kami lebih memilih berjualan mobil," katanya.