TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Lebih dari 500 insinyur dari seluruh negara ASEAN berkumpul di Konferensi AFEO (Perhimpunan Organisasi Insinyur se-ASEAN) ke-32. Konferensi internasional ini sekaligus menjadi ajang urun-rembug dan konsolidasi untuk menghadapi ASEAN Economic Community (AEC) atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) tahun depan.
Terdapat kesamaan pandangan bahwa para insinyur dari negara di kawasan ASEAN sudah saatnya menerapkan regulasi yang selaras dan standar yang sama di setiap Negara. “Jika tidak, manfaat MEA tidak akan dapat dimaksimalkan secara merata oleh setiap anggota ASEAN,” ujar Bobby Gafur Umar, Ketua Umum Persatuan Insinyur Indonesia (PII) dalam keterangannya, Jumat (14/11/2014).
Menurut Bobby, pihaknya juga memaparkan pengalaman Insinyur Indonesia dalam pengerjaan infrastruktur jalan tol, penanganan dan mitigasi bencana, serta presentasi tentang green energy di Indonesia. Totalnya, ada 59 topik yang dipaparkan Insinyur se-ASEAN dalam ajang 3 hari tersebut.
"Kami beruntung dapat mengambil banyak manfaat dari pemaparan teman-teman sesama insinyur ASEAN, khususnya dalam hal solusi untuk ketersediaan energi, transportasi dan infrastruktur yang terintegrasi”, kata Bobby.
Bobby menegaskan, MEA 2015 tidak harus menjadi momok yang menakutkan bagi para insinyur Indonesia. Hal yang dibutuhkan Bobby adalah persiapan yang matang terhadap produk dan industri asing yang akan datang.
"Bukan hanya hasil dan produk industri dalam negeri yang terancam, tapi penyedia jasa lokal pun akan gigit jari melihat lahan pekerjaan mereka dirampas tenaga asing," ungkap Bobby.