TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - PT Pertamina (Persero) berencana meningkatkan produksi kilang nasional dari 800 ribu barel per hari (KBD) menjadi 1,6 Juta barel per hari (KBD). Peningkatan produksi kilang tersebut guna mengantisipasi pertumbuhan konsumsi energi nasional yang mengalami peningkatan signifikan dimana diperkirakan 2025 permintaan energi nasional diprediksi mencapai 7,7 juta barel setara minyak perhari.
Target produksi kilang nasional ini diharapkan dapat terwujud dari program Refining Development Master Plan (RDMP) dan Grass Root Refinery (GRR) yang sudah berjalan hingga saat ini. Kedua program ini akan menjadi acuan Pertamina untuk meningkatkan kapasitas 5 kilang yakni Balongan, Cilacap, Balikpapan, Dumai dan Plaju. Senior Vice President Business Development Pertamina, Iriawan Yulianto.
“Tahap pertama tiga kilang yakni Balongan, Cilacap, dan Balikpapan ditargetkan akan beroperasi pada 2020-2021. Sementara tahap kedua Kilang Dumai dan Plaju direncanakan pada 2025”, ujar Senior Vice President Business Development Pertamina, Iriawan Yulianto, Kamis (4/12/2014).
Untuk merealisasikan rencana tersebut Pertamina membutuhkan dana mencapai USD 20 miliar atau sekitar Rp 240 triliun. Iriwawan memaparkan hal tersebut diawali dengan tender EPC mulai tahun depan.
Saat ini Pertamina mengoperasikan 6 (enam) unit kilang dengan total kapasitas 1.046 ribu barel per hari. Beberapa kilang minyak seperti Kilang UP III Plaju dan Kilang UP-IV Cilacap terintegrasi dengan kilang petrokimia.
Selain menghasilkan produk petrokimia seperti Purified Terapthalic Acid (PTA) dan Paraxylene, beberapa kilang Pertamina juga memproduksi LPG yang dioperasikan terpisah dari kilang minyak dengan bahan baku gas alam seperti Pangkalan Brandan dan Mundu.
Selain kilang minyak, Pertamina juga memiliki 2 (dua) operating company, yakni PT Arun LNG yang akan mengeoperasikan kilang regasifikasi Arun dengan kapasitas 12,5 Juta Ton Per Tahun dan PT Badak LNG yang mengoperasikan kilang LNG Bontang berkapasitas 22,5 juta ton per tahun.