News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Penggunaan Dana Obligasi J Resources Dipertanyakan

Penulis: Seno Tri Sulistiyono
Editor: Sanusi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

ilustrasi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Emiten pertambangan emas, PT J Resources Asia Pasifik Tbk (PSAB) berencana menerbitkan surat utang atau obligasi maksimal senilai 300 juta dolar AS. Dana tersebut sebagian besar akan digunakan untuk melunasi utang (refinancing).

Analis Woori Korindo Securities Indonesia (WKSI), Reza Priyambada mengatakan, dana untuk refinancing tersebut sebesar 275 juta dolar AS. Selain itu, PSAB juga mengalokasikan dananya 15 juta dolar AS untuk membayar pinjaman bank. Sisanya 10 juta dolar AS untuk belanja modal atau modal kerja anak-anak usaha.

Direncanakan, penerbitan obligasi ini dilakukan oleh anak usahanya yakni PT Sago Prima Pratama pada bulan ini. Adapun jaminannya, sebagian besar aset perseroan atau anak-anak usaha. Selain itu, juga terdapat jaminan saham perusahaan (corporate guarantee) oleh anak usaha, yaitu PT J Resources Nusantara, PT J Resources Bolaang Mongondow (JRBM), dan PT Arafura Surya Alam.

Menurut Reza, PSAB menyebutkan penggunaan dana hasil penerbitan obligasi untuk melunasi pinjaman sindikasi dari PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA) dan Indonesia Eximbank (IE). Pinjaman kepada BNGA senilai 135 juta dolar AS dengan tingkat bunga sekitar 7 persen yang telah dipinjam sejak 2 Oktober 2012.

Sementara terhadap Indonesia Eximbank memiliki saldo pinjaman senilai 109,5 juta dolar AS hingga kuartal III 2014. Akan tetapi, kata Reza, dalam laporan keuangan PSAB kuartal III 2014 disebutkan pinjaman kepada BNGA telah dilunasi seluruhnya oleh anak usaha PT J Resources Nusantara (JRN).

"Kiranya akan menjadi rancu bagi para investor bila di satu sisi telah disebutkan telah dibayar lunas. Namun, di sisi lain disebutkan dalam laporan kepada BEI bahwa ada porsi dari dana obligasi tersebut untuk membayar utang kepada BNGA," kata Reza dalam risetnya, Jakarta, Kamis (18/12/2014).

Jika utang kepada BNGA telah dinyatakan lunas, maka Reza mempertanyakan mengapa PSAB memberikan penjelasan bahwa pembayaran utang juga ditujukan kepada BNGA sementara masih ada tanggungan utang kepada pihak perbankan lainnya.

Jika merujuk pada laporan keuangan kuartal III 2014, Reza mengatakan, maka pinjaman yang seharusnya masih menjadi tanggungan PSAB ialah berasal dari para anggota sindikasi pinjaman yang terdiri dari Indonesia Eximbank, PT Bank Permata Tbk, PT Bank QNB Kesawan Tbk, PT Bank ICBC Indonesia, dan Qatar National Bank S.A.Q senilai 274,5 juta dolar AS.

"Hingga kuartal III 2014 nilai tersebut tercatatkan sebagai pinjaman bank jangka panjang-bagian yang akan jatuh tempo lebih dari satu tahun sebesar 209,41 juta dolar AS," ucapnya.

Di sisi lain, kata Reza, tentunya para investor akan memiliki persepsi kurang baik di mana porsi dana hasil perolehan obligasi akan lebih banyak digunakan untuk utang dan bukan untuk pengembangan usaha. Apalagi jika tidak disebutkan dengan jelas berapa porsi yang akan dibayarkan kepada BNGA dan Indonesia Eximbank.

Tidak hanya itu, jika merujuk pada utang perusahaan, PSAB lebih banyak mengandalkan pinjaman jangka panjang yaitu kepada pihak perbankan dan pinjaman pihak berelasi dengan porsi masing-masing 47,8 persen dan 20,1 persen dari total liabilitas jangka panjang atau 36,6 persen dan 15,4 persen dari total liabilitas.

Bila dibandingkan dengan jumlah ekuitasnya maka nilai ekuitas jauh di bawah nilai liabilitasnya yang menggambarkan pendanaan kegiatan usaha PSAB ialah berasal dari utang. "Dengan pendanaan lebih besar dari utang maka akan sangat riskan bagi kelangsungan usaha," ucap Reza.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini