TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Jelang berlangsungnya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada Desember 2015, para pemuda Indonesia diminta meningkatkan kreativitas dalam berkarya.
M Akbar Satrio, perwakilan dari Al Azhar Youth Leader Institut (AYLI) mengatakan untuk menghadapi MEA, pemuda Indonesia dituntut lebih berani dan percaya diri dalam memasarkan produk maupun budaya lokal seperti kesenian daerah.
Dia menilai hal ini sebagai salah satu langkah menghadapi produk asing. Menurut dia, saat ini negara-negara yang tergabung di ASEAN terus berusaha menunjukkan karya-karya terbaiknya.
“Kami melihat setiap negara akan berlomba-lomba agar hasil produksi mereka laku di pasaran. Lalu bagaimana Indonesia? Mau tidak mau, kita harus siap bersaing dengan mereka,” ujar Akbar dalam keterangan pers yang diterima wartawan, Kamis (8/1/2015).
Jadi, dia menjelaskan para pemuda Indonesia agar berani bersaing dengan serbuan produk dan Sumber Daya Manusia (SDM) dari luar negeri. Dia menilai MEA bukan sesuatu yang harus ditakuti, tetapi dihadapi.
Melihat perkembangan negara yang pesat dalam berbagai bidang, kata dia, pemuda Indonesia selain dituntut meningkatkan kreativitas juga harus saling membantu dalam mengisi kekurangan.
"Pasti ada produk Indonesia yang sudah maju, namun banyak produk Indonesia yang harus mendapat perhatian karena kualitasnya kalah dengan produk dari luar negeri. Untuk itu harus ada sinergi," ujarnya.
Sementara itu, Deputi I Bidang Pemberdayaan Pemuda Kemenpora, Yuni Poerwanti mengatakan salah satu upaya mendorong peningkatkan kreativitas, yaitu dengan cara mengikuti pelatihan-pelatihan di berbagai bidang.
“Pemuda harus terus meningkatkan kemampuan dalam segala bidang. Persaingan memang akan lebih ketat untuk itu semuanya harus siap untuk menghadapinya,” tambahnya.
Pemuda Indonesia, kata Yuni, sebenarnya sedikit terlambat dalam mempersiapkan diri untuk menghadapi pasar bebas. Untuk itu, selain didorong meningkatkan kreativitas juga harus menjalankan gerakan revolusi mental.