TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Rencana pemerintah meniadakan tiket pesawat murah dinilai menggambarkan kepanikan dalam merespon karut-marut di dunia penerbangan Indonesia.
"Pemerintah panik, padahal tiket murah sudah memberikan kontribusi yang besar terhadap perkembangan pariwisata nasional," kata Ketua Association of The Indonesian Tours & Travel Agencies (ASITA) Chapter DIY Edwin Ismedi Himna di Jakarta, Jumat (9/1).
Dia melihat, tiket murah yang ditawarkan maskapai low cost carrier (LCC) menguasai 90 persen pergerakan penumpang di Indonesia. Tak sampai situ, bisnis akomodasi kelas usaha kecil menengah seperti agen perjalanan ikut kecipratan berkahnya.
"Dengan terbukanya kasus kelalaian izin Airasia QZ8501 sebenarnya lebih membuktikan ketidakberesan internal di lingkungan Kementerian Perhubungan. Jadi jangan mencari kambing hitam," kata dia.
Edwin meminta, agar kebijakan yang diterapkan sebagai upaya pembenahan tidak justru kemudian mengorbankan bisnis pariwisata yang sedang digenjot untuk mampu mendatangkan 20 juta wisman sampai 2019. "Tolong dilihat, jumlah wisman sebelum dan sesudah adanya tiket murah, ada perbedaan yang signifikan," katanya.
Low Cost Airlines (LCC) merupakan maskapai yang menekankan pada efisiensi, mulai dari boarding, staf operasional, sampai cara memesan tiket. Penyedia jasa tiket murah ini juga selalu mengklaim tak mengorbankan standar keselamatan dalam upaya efisiensi. (Hanni Sofia Soepardi)