TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kisruh dunia penerbangan di Indonesia belum berakhir. PT Merpati Nusantara Airlines (Merpati) merasa maskapai penerbangannya tidak diperhatikan pemerintah.
Sekretaris Jenderal Forum Pegawai Merpati (FPM), Ery Wardhana mengatakan sepanjang operasinya pernah mengalami musibah seperti AirAsia. Namun, perhatian pemerintah tidak sebesar saat ini pada maskapai penerbangan AirAsia.
"Perhatian pemerintah dalam menyikapi "musibah" AirAsia sangat luar biasa dengan menggerakkan unsur negara," kata Ery saat jumpa pers di Kantor Basarnas, Jakarta, Kamis (15/1/2015).
Karyawan Merpati mengharapkan, pemerintah juga memberikan perhatian lebih kepada maskapai penerbangannya. Hal ini terkait pembiayaran gaji karyawan yang belum dibayar selama 13 bulan.
Menurutnya, saat ini karyawan Merpati berjumlah 1.100 orang yang tergabung dalam empat forum pegawai.
"Tidak tahu sampai kapan hal ini akan berlangsung yang membuat keluarga pegawai Merpati kesulitan untuk hidup, menyekolahkan anak dan terusir dari kontrakan," kata Ery.
Sebelumnya, pembiaran terhadap Merpati telah berlangsung sejak Rapat Koordinasi Restrusturisasi tanggal 12 November 2013. Rakor tersebut dihadiri oleh Menteri Ekuin, Menteri Keuangan serta Menteri Badan Usaha Milik Negara.
"Sampai hari ini tidak jelas solusinya buat Merpati bahkan hasil Rekomendasi Panja Komisi VI DPR RI yang dikeluarkan tanggal 2 Juli 2014 dibiarlan saja tanpa alasan yang jelas," kata Ery.