TRIBUNNEWS.COM - Nama David Einhorn masuk menjadi salah satu hedge fund tersohor di kalangan Wall Street. Einhorn identik dengan aksi short selling atau posisi jual saham. Ramalan Einhorn terhadap kejatuhan saham menyedot perhatian saat memasang posisi jual saham Lehman Brothers setahun sebelum raksasa keuangan Amerika Serikat (AS) itu pailit.
Sejatinya, menjadi pengelola duit atawa fund manager bukan profesi impian Einhorn. Pria berusia 46 tahun ini dibesarkan di Wisconsin dan mengecap bangku kuliah di Cornell University jurusan Seni dan Ilmu Pengetahuan dengan gelar Bachelor of Arts (B.A.) pada tahun 1991.
Mengutip Business Insider, Einhorn awalnya berniat meniti karier di Central Intelligence Agency (CIA). Apa daya, takdir membawa Einhorn ke dunia keuangan. Selepas kuliah, Einhorn mendapatkan pekerjaan sebagai analis perusahaan invesment banking Donaldson, Lufkin & Jenrette (DLJ).
Setelah dua bekerja di DLJ, Einhorn berlabuh ke hedge fund Siegler, Collery & Co. Di tempat inilah Einhorn belajar banyak tentang efek analisa investasi terhadap prospek harga saham. Berbekal ilmu cukup, Einhorn nekat mendirikan Greenlight Capital pada tahun 1996. Dia menggandeng Jeff Keswin, rekan kerjanya di Siegler, Collery & Co.
Einhorn membangun Greenlight Capital dengan modal US$ 900.000. Sebagian besar modal ini merupakan pinjaman dari orangtua Einhorn. Ayahnya, Stephen Einhorn, mendukung penuh mimpi sang anak. Einhorn senior merupakan pendiri perusahaan cat, Adelphi Paints.
Saat krisis energi menerpa pada tahun 1970, ayah Einhorn menjual Adelphi Paints. Transaksi penjualan aset ini membuat Stephen tertarik di bisnis merger dan akuisisi (M&A). Duit hasil penjualan lantas digunakan Stephen untuk membangun konsultan M&A.
Prestasi Einhorn pantas diacungi dua jempol. Perusahaan investasi yang berbasis di New York ini mencatat pertumbuhan aset sebesar 1.397% sejak pendirian. Einhorn sukses menyulap duit pinjaman US$ 900.000 menjadi perusahaan dengan dana kelolaan US$ 10 miliar pada akhir 2014.
Laba bersih Greenlight Capital pun tumbuh rata-rata sebesar 22% per tahun selama satu dekade terakhir. Selain membesarkan Greenlight Capital, Einhorn juga memiliki sejumlah perusahaan lain. Misal, Greenlight Masters dan Greenlight Private Equity Partners. Einhorn juga mengoperasikan perusahaan reasuransi properti bernama Greenlight Capital Re.
Einhorn tertarik di bidang reasuransi properti karena mengendus potensi keuntungan besar. Laba bersih Greenlight Re mencapai US$ $ 58,50 juta pada tahun 2006, naik 100% dari US$ 29,30 juta pada tahun 2005.
Namun, sama seperti investor tersohor lain, Einhorn pernah membuat kesalahan berinvestasi. Einhorn meyakini, dunia investasi ibarat air laut yang mengalami pasang dan surut. Pasca krisis finansial tahun 2008, Greenlight Capital mulai mencatat perlambatan bisnis. Misalnya, pada tahun 2013, imbal hasil Greenlight Capital hanya 20%.
Angka ini memang terbilang tinggi. Tapi, pencapaian Einhorn masih di bawah kenaikan bursa saham AS. Roda bisnis Greenlight Re pun tak berjalan mulus. Pada tahun 2008, Greenlight Re mencatatkan kerugian bersih sebesar US$ 4,80 juta.
Saat ini, portfolio Greenlight Capital didominasi saham Apple mencapai US$ 1 miliar. Pekan lalu, Einhorn short selling minyak mentah. Sebelumnya, Einhorn telah mengambil untung dengan menjual saham Anadarko Petroleum, BP Plc, McDermott International Inc dan National Oilwell Varco pada Juni 2014.