TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sebagai salah satu perusahaan yang sudah berhasil mengelola skema Plasma terbesar di Indonesia, kini Asian Agri ingin menegaskan kembali komitmennya di luar plasma, yaitu pembinaan petani swadaya.
Dirjen Perkebunan Gamal Natsir mengatakan tantangan industri sawit saat ini adalah yield yang rendah, sehingga mendorong untuk ekspansi lahan. Untuk menghindarinya, pemerintah menyerukan ajakan kepada perusahaan-perusahaan lainnya untuk turut serta menggandeng para petani swadaya sebagai mitra bisnis mereka. Hal ini juga menjadi solusi dari isu lingkungan, sosial dan ekonomi.
"Kami mengapresiasi program pembinaan petani swadaya yang dilakukan oleh Asian Agri. Program Petani Swadaya Asian Agri ini tentunya diharapkan menjadi contoh bagi perusahaan-perushaan sawit lainnya,” ujar Gamal, Rabu (11/2/2015).
Program petani swadaya Asian Agri mulai dicanangkan pada tahun 2011 yang lalu, pada tahun 2015 ini, Asian Agri memperkuat kembali komitmen Perusahaan terhadap pengembangan petani, khususnya petani swadaya. Program ini ditujukan untuk membantu pengembangan kapasitas petani, demi mendorong laju perekonomian daerah, dan juga memperbaiki kesejahteraan petani.
Freddy Widjaya, General Manager Asian Agri Freddy Widjaya mengungkapkan, program pembinaan petani swadaya bertujuan untuk mendidik dan mendampingi petani akan praktek-praktek perkebunan yang berkelanjutan. Dalam hal ini memperbaiki produktivitas, meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan keluarga petani swadaya yang tentunya akan memberikan dampak kepada masyarakat sekitar.
"Hal ini sejalan dengan Prinsip 3C yang selama ini diterapkan oleh perusahaan dalam melaksanakan operasi bisnisnya, yaitu: Good for Community, Good for the Country and Good for the Company,” kata Freddy