TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dalam waktu dekat ini dapat menyentuh level Rp 13.000 per dolar AS, seiring belum adanya sentimen positif dari dalam negeri.
Analis Valuta Asing Bank Mandiri, Reny Eka Putri, mengatakan pelemahan rupiah terhadap negeri Paman Sam sudah terjadi sejak dua hari ke belakang. Faktor utama yang melemahkan rupiah yaitu para investor masih menyimpan mata uang safe haven seiring adanya kekhawatiran Yunani tidak dapat mematuhi persyaratan penghematan anggaran.
Untuk diketahui, para Menteri Keuangan Eropa memutuskan untuk memperpanjang waktu pinjaman selama empat bulan bagi paket dana talangan (bailout) 172 miliar euro ke Yunani.
"Sentimen eksternal tersebut dan belum adanya sentimen positif dari dalam negeri, bisa membuat rupiah ke posisi Rp 13.000 pada besok hari atau akhir pekan ini," kata Reny, Selasa (24/2/2015).
Menurutnya, sentimen positif dari dalam negeri baru akan ada pada awal bulan depan yakni data Badan Pusat Statistik (BPS). Dengan demikian, Bank Indonesia perlu melakukan intervensi guna menekan pelemahan rupiah.
"Perlu diintervensi agar rupiah kembali ke level Rp 12.800, karena kalau Rp 13.000 itu sudah sangat lemah," ujarnya.
Tercatat, data Bloomberg pada sore hari ini sudah menyentuh level Rp 12.922 per dolar AS. Sedangkan, kurs tengah Bank Indonesia rupiah di posisi Rp 12.866 dari hari sebelumnya Rp 12.813 per dolar AS.