News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Rupiah Anjlok

Rupiah Masih Loyo

Penulis: Seno Tri Sulistiyono
Editor: Hendra Gunawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Seno Tri Sulistiyono

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS masih akan berada pada zona merah, seiring belum adanya sentimen positif dari dalam negeri. Terlebih, sikap Bank Indonesia (BI) yang kurang agresif, membuat nilai mata uang garuda ini tetap loyo.

Head of Research NH Korindo Securities Indonesia (NHKSI) Reza Priyambada mengatakan, pergerakan rupiah kurang lebih tidak akan jauh berbeda, dimana masih ada potensi untuk kembali melanjutkan pelemahan kembali. Meski dikabarkan BI telah melakukan intervensi, namun tidak banyak berpengaruh pada peningkatan laju rupiah.

"Selain itu, pernyataan dari BI maupun pemerintah yang terkesan tidak terlalu khawatir dengan pelemahan rupiah turut mendukung rupiah semakin melemah," kata Reza, Jakarta, Jumat (6/3/2015).

Dengan kondisi tersebut, Reza pun memprediksi pergerakan rupiah pada akhir pekan ini akan berada pada kisaran Rp 13.075 sampai Rp 13.000 per dolar AS (kurs tengah BI).

Kemarin, BI menyampaikan bahwa rupiah masih dalam kondisi baik dan diharapkan masyarakat agar tidak terlalu khawatir dengan pelemahan rupiah. Bahkan, jika diperlukan langkah intervensi, BI siap untuk melakukan peredaman penguatan mata uang negeri Paman Sam.

"Secara umum tidak ada yang perlu dikhawatirkan. BI akan selalu ada dipasar dan terus jaga volatilitasnya dan terus melihat perkembangan dunia yang ada saat ini. Sekali lagi, tidak perlu khawatir," kata Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo.

Tercatat kurs tengah BI kemarin, rupiah sudah berada di level Rp 13.022 atau melemah dari posisi hari sebelumnya Rp 12.963 per dolar AS. Sementara, data Bloomberg pagi ini rupiah di angka Rp 13.002 per dolar AS.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini