News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Gejolak Rupiah

Menguat, Rupiah Sulit Tembus ke Bawah 13.000

Editor: Sanusi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Warga menunjukan mata uang asing Dollar Amerika di tempat penukaran uang asing Kawasan Kwitang, Jakarta Pusat, Jumat (13/3/2015). Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS pada awal perdagangan di pasar spot kembali diuji kekuatannya di akhir pekan ini. Seperti dikutip dari data Bloomberg, mata uang Garuda dibuka turun tipis ke Rp 13.185 per dollar AS, dibanding penutupan kemarin pada 13.183. WARTA KOTA/ANGGA BHAGYA NUGRAHA

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Otot rupiah bangkit tiga hari berturut-turut. Kemarin, kurs tengah Bank Indonesia (BI) menunjukkan rupiah di level Rp 13.008 per dollar Amerika Serikat (AS). Faktor penguat rupiah ini utamanya berasal dari sentimen eksternal.

Rapat Bank Sentral AS atau Federal Reserve (The Fed) atau Federal Open Market Committee (FOMC) meeting, kemarin, memutuskan untuk menunda kenaikan suku bunga dalam waktu dekat. Ekonomi AS dinilai belum sesuai harapan. Alhasil, kalaupun suku bunga naik, targetnya dipangkas dari 1,125 persen menjadi 0,625 persen. Proyeksi pertumbuhan ekonomi AS juga dipangkas dari 2,5 persen-2,7 persen menjadi 2,3 persen-2,5 persen.

Sentimen dari dalam negeri, pelaku pasar menyambut positif data ekonomi dan langkah Bank Indonesia (BI) mempertahankan suku bunga 7,5 persen. Toh, hingga akhir tahun, analis melihat, rupiah masih sulit menguat di bawah Rp 13.000.

Rupiah masih harus waspada. Pasca FOMC meeting, dollar sempat terkapar. Tapi kembali naik terhadap sejumlah mata uang dunia seperti EUR, AUD, GBP dan JPY.

Reny Eka Putri, Analis Pasar Uang Bank Mandiri Tbk menilai, pernyataan The Fed tak sesuai ekspektasi. "Sehingga rupiah di akhir Maret 2015 bisa kembali ke posisi 13.000," kata Reny. FOMC meeting yang paling dinanti pasar sudah berlalu. Sedangkan data ekonomi AS, tak akan terlalu menekan rupiah.

"Puncaknya Maret, ya, FOMC. Peluang rupiah menjaga penguatan terbuka," kata Suluh Adil Wicaksono, Analis Millenium Penata Futures. Tapi penguatan rupiah terbatas dan sulit menembus di bawah Rp 13.000.

David Sumual, Ekonom Bank Central Asia (BCA) mengatakan, di semester I-2105, peluang kenaikan bunga The Fed tetap terbuka. Asalkan inflasi AS mencapai target. Pada semester I-2015 ini, David memprediksi, kurs rupiah di Rp 12.800- Rp 13.300. Pelaku pasar juga perlu mencermati musim pembagian dividen dan tingginya utang jatuh tempo tahun ini. "April diperkirakan menjadi puncak jatuh tempo utang tahun ini," ujar tresuri Bank Eropa di Singapura.

Reny menyebutkan BI bisa kembali menurunkan suku bunga asalkan sesuai fundamental ekonomi Indonesia. Untuk mengejar pertumbuhan ekonomi 5,5 persen, BI harus menurunkan bunga acuan ke level 7,25 persen. "Dengan kondisi fundamental seperti itu level rupiah yang sesuai di akhir 2015 di Rp 13.200," kata Reny.(Namira Daufina, Widiyanto Purnomo)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini