TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menilai ada tiga faktor yang membuat rasio realisasi investasi Tiongkok sangat rendah, dibandingkan rencana awalnya. Salah satunya yaitu, merasa frustrasi akibat proses perizinan yang berbelit-belit.
Kepala BKPM Franky Sibarani menjelaskan, dari hasil komunikasi yang telah dilakukan oleh investor Tiongkok. Alasan pertama, rendahnya rasio realisasi tersebut karena tidak menemukan mitra dalam negeri yang sesuai harapannya. Kedua, kurangnya pengetahuan akan potensi yang ada di Indonesia.
"Ketiga, karena frustrasi juga dengan proses perizinan yang lama, Ketipu di sana sini," kata Franky di kantor BKPM, Jakarta, Rabu (1/4/2015).
Dengan melihat alasan-alasan tersebut, kata Franky, BKPM akan menerjunkan tim ke negeri Tirai Bambu untuk menjaring calon-calon investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia.
"Kita buka kantor perwakilan di sana, agar memberikan informasi secara aktif sehingga investor dapat diperkaya (pengetahuan tentang Indonesia)," tutur Franky.
Sebelumnya, Franky pernah mengungkapkan, menggenjot rasio realisasi investasi Tiongkok adalah pekerjaan rumah BKPM. Sebab, pada periode Oktober 2014 hingga Maret 2015 tercatat ada permohonan perizinan investasi dari Tiongkok senilai 13,66 miliar dolar AS. Angka ini, jauh lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 2,6 miliar dolar AS.
Walau meningkat cukup tajam, kata Franky, BKPM juga mencatat kecenderungan rendahnya rasio realisasi investasi negara tersebut. Dimana, periode 2005-2014 hanya 7 persen realisasinya dari rencana investasi yang masuk.
"Dari 10 investor Cina, hanya 1 yang benar-benar merealisasikan investasinya. Ini menjadi pekerjaan rumah BKPM ke depan dalam meningkatkan rasio realisasi investasi Cina dan BKPM akan memberikan pendapingan intensif kepada investor asal Cina dalam proses realisasi investasi," kata Franky beberapa waktu lalu.