News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Anwar Fuadi: Pembatasan Film Impor Bisa Jadi Bumerang

Penulis: Sanusi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Aktor senior Anwar Fuadi mempertanyakan usulan pembatasan film impor. Terlebih, jika hal itu dikaitkan dengan upaya meningkatkan jumlah penonton film nasional yang merosot dalam beberapa tahun terakhir.

“Buat apa pembatasan film impor? Penyebab rendahnya jumlah penonton bukan karena itu. Justru jika film impor dibatasi, bisa menjadi bumerang bagi industri film nasional,” kata Anwar, Kamis (9/4).

Dalam kacamata Anwar, film Indonesia sebenarnya sudah mengalami kemajuan. Namun di sisi lain, film impor, terutama dari AS, jauh lebih pesat dan lebih maju. Itu sebabnya, keberadaan film-film impor masih dibutuhkan untuk merangsang kualitas film nasional. Pembatasan film impor, bukan saja bisa menghambat kemajuan film nasional, namun juga memicu perlakuan serupa terhadap film nasional yang bermutu, yang mencoba merambah pasar internasional.

Di sisi lain, pembatasan film impor memang tidak serta-merta meningkatkan jumlah penonton, karena segmentasi antara penonton film impor dan nasional memang berbeda. Bahkan yang terjadi, masyarakat yang menggemari film impor justru akan beramai-ramai ke Singapura untuk menonton di negeri singa tersebut.

Itulah sebabnya, Anwar mengajak insan perfilman nasional untuk concern terhadap peningkatkan kualitas. Sebab kunci dari peningkatan animo penonton adalah kualitas, bukan ada atau tidaknya film impor di Tanah Air.

“Insan perfilman jangan meminta-minta proteksi. Mari berlebar hati dan mawas diri, meningkatkan apa yang kurang. Mari tingkatkan kualitas. Mari mengembangkan ide cerita dan kualitas SDM. Buatlah film yang bagus. Kalau berkualitas, orang akan meminta terus ditayangkan. Tetapi kalau film jelek, gratis pun orang tidak akan menonton,” urai Anwar.

Bukan hanya itu. Jika kualitas film Indonesia tidak ditingkatkan, maka yang terjadi adalah kian sepinya penonton film nasional. Muaranya, gedung bioskop akan merugi dan ujung-ujungnya industri perfilman nasional juga merugi. Sebab, jika tidak ada gedung bioskop, tidak akan ada tempat bagi film nasional untuk menayangkan filmnya.

Peningkatan kualitas, menurut Anwar memang tidak bisa ditawar lagi. Dengan film berkualitas, bukan hanya penonton Tanah Air yang akan tersedot, namun juga membuat kesempatan film nasional untuk go international lebih terbuka.

Peluang tersebut, menurut Anwar tentu ada. Dia mencontohkan, bahwa film Hollywod sudah banyak diisi sineas dari Taiwan dan India. The Sixth Sense yang dirilis pada 1999, misalnya. Film yang meraih banyak nominasi penghargaan Piala Oscar tersebut, ternyata disutradarai oleh orang India, M. Night Shyamalan. Film itu sendiri, dibintangi oleh aktor kawakan Hollywood, seperti Bruce Willis, Haley Joel Osment, dan Toni Collette . “Film dan SDM kita bagaimana? Ini tantangan buat kita,” katanya.

Anwar Fuadi, tentu bukan satu-satunya tokoh yang menentang pembatasan film impor. Sebelumnya, Kepala Badan Ekonomi Kreatif (Barekraf) Triawan Munaf, juga bersikap serupa. Menurut Triawan, industri perfilman tanah air tidak perlu takut akan kehadiran film impor di Indonesia. Mengapa? Karena kehadiran film-film tersebut justru bisa memicu peningkatan daya saing dan kualitas film nasional.

Triawan mengatakan, insan film harus melihat persaingan secara positif, karena pada dasarnya persaingan itu baik. “Saya tidak setuju pembatasan (film impor). Kita jangan memproteksi. Tidak perlu ditakuti, karena justru akan membesarkan pasar,” kata Triawan.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini