TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Mantan Direktur Utama PT Pertamina (Persero), Ari Soemarno, mengungkapkan salah satu cara untuk menghentikan impor minyak yaitu memperbaiki kilang minyak yang ada.
Menurut Ari, memang dengan mengimpor minyak pemerintah dan Pertamina bisa mendapatkan harga minyak yang lebih rendah dengan mengimpor dibandingkan memproduksi dari kilang dalam negeri. Tapi pertanyaannya adalah, sampai kapan pemerintah mengimpor minyak
"Cara satu-satunya menghentikan impor minyak dengan cara memperbaiki kilang yang ada," ujar Ari, Selasa (21/4/2015) malam.
Ari menyebutkan tidak perlu menambah kilang, selama kilang yang sudah ada diperbarui agar bisa menghasilkan minyak dengan kandungan Researce Octane Number (RON) diatas 91. "Kilang Pertamina sudah tua," ungkap Ari.
Ari mengaku sudah membuat konsep pembaharuan kilang minyak, namun ditolak pemerintah saat itu. Ari berpesan hal yang perlu dilakukan Pertamina saat ini menambah investasi dan unit kilang.
"Konsep kilang sudah siap jalan, waktu saya pergi dari Pertamina pembangunan perbaikan kilang dibatalin saja, nggak tahu lagi," kata Ari.
Sebelumnya, Pertamina telah merilis Pertalite pekan lalu. Pertalite adalah BBM berkadar RON 90. BBM jenis baru ini akan mulai didistribusikan pada Mei mendatang.
Penyaluran Pertalite akan dimanfaatkan Pertamina sebagai peralihan konsumsi BBM kadar RON 88 atau premium. Meski penyaluran premium tak dihentikan, Pertamina akan membatasi pasokan bensin di wilayah tertentu.
Vice President Fuel Marketing Pertamina, Muhammad Iskandar bilang, harga Pertalite berada di range harga jual Premium dan Pertamax, yakni Rp 8.000-Rp 8.300 per liter.
Catatan saja, harga bensin di luar Jawa, Madura, dan Bali Rp 7.300 per liter. Sementara harga premium di Jawa, Madura dan Bali Rp 7.400 per liter. Sedangkan harga Pertamax saat ini Rp 8.600 per liter.