News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Pemerintah Fokus Dorong Industri Tuna

Penulis: Adiatmaputra Fajar Pratama
Editor: Dewi Agustina
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pekerja membersihkan ikan tuna kualitas ekspor yang dibeli dari nelayan tradisional seharga Rp 33.000 hingga Rp 36.000 per kilogram di pabrik pengolahan ikan milik Cek Baka di TPI Lampulo lama, Banda Aceh, Selasa, (3/3/2015). Minat investasi di sektor perikanan di Aceh cukup tinggi terutama di kawasan Lampulo, namun para pengusaha mengeluhkan lambannya proyek pembangunan Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) di kawasan itu. SERAMBI/M ANSHAR

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Direktur Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (Dirjen P2HP) Saut P Hutagalung mengatakan pemerintah akan menaruh perhatian khusus terhadap perkembangan industri tuna di Indonesia. Tuna menjadi salah satu sumber makanan penting dunia, menyediakan sumber protein penting bagi masyarakat.

Karena manfaat yang banyak bagi kesehatan dan kegunaannya sebagai sumber protein utama, Saut mengungkapkan permintaan tuna di dunia menjadi meningkat.

"Permintaan yang meningkat akan sumber tuna yang bertanggung jawab, industri perikanan tuna dihadapkan pada tantangan besar di masa depan," ujar Saut, Rabu (27/5/2015).

Penerimaan ikan tuna berdasarkan pasar telah mendorong pengelolaan yang lebih baik dan usaha terhadap keberlanjutan harus ditumbuhkan. Oleh karena itu, pemerintah terus berupaya untuk meningkatkan produksi industri tuna secara berkelanjutan dengan menerbitkan kebijakan moratorium perizinan kapal eks asing (PermenKP Nomor 56 tahun 2014) dan pelarangan alat tangkap merusak (Permen KP Nomor 2 Tahun 2015).

Saut menjelaskan peraturan tersebut dikeluarkan dalam rangka penguatan kedaulatan negara sehingga diharapkan keberlanjutan usaha akan menjadi landasan untuk kesejahteraan sektor perikanan.

"Jika kebijakan pemerintah dalam memerangi IUU Fishing ini berhasil, maka dalam beberapa bulan mendatang perairan Indonesia dapat menangkap lebih banyak ikan tuna dan cakalang," jelas Saut.           

Pemanfaatan tuna dunia menghadapi banyak masalah kompleks, namun tidak membatasi pada masalah ketersediaan. Sepertiga ketersediaan tuna diperkirakan dalam penangkapannya pada tingkat biologis yang tidak berkelanjutan, sementara 66,7 persen berada pada tingkat biologis yang berkelanjutan (ditangkap secara penuh atau underfished) pada tahun 2011.

"Peningkatan kesadaran tentang masalah keberlanjutan lingkungan perikanan tuna menyebabkan pasar meminta produk lebih banyak, ini artinya tantangan kedepan untuk perikanan dan bisnis bergantung pada hal tersebut," ujar Saut.
           
Penangkapan tuna menggunakan pole and line dan handline di Indonesia menghasilkan 150 ribu ton per tahun. Nilai itu merupakan hasil tangkapan terbesar dunia dengan alat tangkap sejenis.

Sebagai negara kepulauan terbesar, metode penangkapan menggunakan pole and line dan handline telah memberikan kontribusi nyata bagi mata pencaharian jutaan orang masyarakat pesisir. Dimana, perikanan Indonesia tercatat memperkerjakan sekitar 11 persen tenaga kerja nasional sebagai nelayan tradisional.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini