TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kalangan DPR dan tokoh aktivis Gerakan Indonesia Bersih berpendapat, beban pemerintah Jokowi-JK kini semakin berat akibat adanya ‘’bom waktu’’ berupa legacy dari pemerintahan SBY.
Hal itu berupa quarto deficit, yaitu defisit neraca perdagangan sebesar U$6 miliar, defisit neraca pembayaran U$9,8 miliar, deficit balance of payments U$6,6 miliar pada Q1-2013, dan defisit APBN plus utang lebih dari Rp 2.100 triliun.
Anggota Fraksi PDIP DPR RI dari Komisi XI yang antara lain membidangi masalah keuangan negara, perencanaan dan pembangunan nasional Andreas Eddy Susetyo menegaskan meskipun demikian dalam kondisi perekonomian nasional seperti saat ini Jokowi-JK beruntung karena Menteri ekonomi banyak melakukan terobosan yang menumbuhkan optimisme.
‘’Misalnya, Menkeu, dia sudah melakukan stimulus fiskal, tinggal tantangannya adalah masalah penyerapan. Dalam stimulus fiskal ini, pertama adalah akselerasi eksekusi pembelanjaan modal pemerintah secara cepat,’’ katanya kepada wartawan di Gedung DPR Senayan.
Yang kedua, lanjutnya, Menkeu Bambang Brodjonegoro terus mendorong upaya peningkatan daya beli masyarakat melalui program-program yang dapat langsung dirasakan oleh misalnya Dana Desa, untuk membuka lapangan kerja.
Sementara itu Kordinator Gerakan Indonesia Bersih Adhie M Massardi menyatakan, pada saat kampanye Pilpres yang lalu pasangan Jokowi-JK merasa seperti pasangan superhero Batman & Robin, bahkan dengan konsep Nawa Cita dan Tri Sakti seperti akan sanggup menjinakkan ‘’bom waktu’’ yang merupakan legacy pemerintahan SBY, termasuk legacy para Menkeu-nya SBY.
‘’Tapi kenapa setelah jadi presiden dan jadi wakil presiden seperti menghindari masalah ini. Mereka tepat memilih banyak menteri dari profesional,’’ ujar Adhie.
Ibaratnya para Menteri Ekonomi Jokowi seperti ketiban pulung, orang lain yang salah bikin kebijakan, mereka yang terkena getahnya.
Anggota Fraksi PDIP DPR Andreas Eddy Susetyo menambahkan, siklus ekonomi nasional saat ini memang sedang menurun, intinya karena terjadinya penurunan harga komoditas, akibatnya ekspor kita menurun dan ini berimbas pada transaksi berjalan kita, demikian juga dengan penurunan impor.
‘’Jadi sekarang ini kita masih dalam transisi. Tapi antara lain infrastruktur segera kita beresi karena akan meningkatkan daya saing kita. Ibaratnya sekarang kita seperti minum jamu pahit, tetapi itu obat. Daya beli masyarakat bawah harus dibantu dan saya kira salah satu fokus Menteri menteri ekonomi Jokowi adalah tentang ini’’ kata Andreas.
Dia juga menekankan, kondisi ekonomi global memang sedang kurang menguntungkan akibat penurunan pertumbuhan ekonomi Tiongkok, karena ekonomi Amerika menguat maka ada pembalikan modal ke Amerika.