TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) pada akhir 2015 nanti menuntut daya saing yang kuat dari negara-negara di kawasan. Karena itu, Indonesia melalui Kementerian Perindustrian mengusung dua strategi yaitu ofensif dan defensif guna menandingi persaingan.
Dijelaskan Menteri Perindustrian, Saleh Husin, strategi ofensif dilakukan dengan membangun pusat pendidikan dan pelatihan industri.
"Implementasi dilakukan berkaitan dengan penguatan sektor Industri Kecil Menengah antara lain pemberian insentif bagi IKM melalui program restrukturisasi mesin dan peralatan," kata Saleh di Jakarta, Senin (6/7/2015).
Selain itu, kata Saleh, pihaknya juga sedang fokus mengembangkan wirausaha industri melalui pelatihan wirausaha baru dan bantuan start up capital. Sementara untuk strategi defensif, dilakukan dengan konsentrasi pada penyusunan Standar Nasional Indonesia untuk produk-produk manufaktur. Saat ini sudah tersusun 50 Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) sektor industri serta 25 Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) dan Tempat Uji Kompetensi (TUK).
Secara progresif diupayakan penambahan 15 SKKNI dan 10 LSP sektor industri tiap tahunnya, diutamakan bidang industri prioritas.
Menperin juga menekankan pengembangan industri kecil dan menengah yang termasuk dalam program ofensif. Di antaranya dilakukan dengan memberi fasilitas akses permodalan bagi IKM melalui Kredit Usaha Rakyat, Program Kemitraan Bina Lingkungan (PKBL), Modal Ventura dan Corporate Service of Responsibility (CSR).
"Menurut data BPS, hingga tahun 2013, jumlah unit usaha IKM mencapai 3,4 juta unit dan menyerap 9,7 juta orang tenaga kerja. Angka itu bakal ditingkatkan lagi melalui percepatan pertumbuhan wira usaha," kata Saleh.
Akselerasi tersebut menyasar penumbuhan wirausaha industri di daerah tertinggal dan daerah potensial, program beasiswa penumbuhan wirausaha industri yang kerjasama dengan lembaga pendidikan dan lembaga keagamaan. Menperin juga menegaskan optimismenya terkait kinerja industri tahun ini.
Ini merujuk pertumbuhan Industri non migas pada triwulan I tahun 2015 sebesar 5,21persen yang lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi tahun 2015 yaitu sebesar 4,71 persen. Sementara, ekspor produk industri hingga Februari tahun 2015 sebesar USD 17,57 miliar yang memberi kontribusi sebesar 69,16 persen dari total ekspor nasional yang sebesar USD 25,41 miliar.
"Sedangkan impor produk industri s.d Februari tahun 2015 sebesar USD 18,65 miliar turun sebesar 7,13 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2014 sebesar USD 20,08 miliar," imbuhnya.
Untuk diketahui, total investasi yang masuk pada triwulan I pada tahun 2015 mencapai US$ 20,32 juta. Angka itu menurut data BKPM merupakan tertinggi sejak lima tahun terakhir.