TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) belum bisa memastikan insiden kerusuhan yang terjadi di lokasi pengeboran minyak yang dikelola oleh Exxonmobil Cepu Limited, bakal mempengaruhi produksi atau tidak.
Kepala Humas Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), Elan Biantoro, mengatakan hal itu harus dilihat setelah siklus 24 jam ke depan. Saat ini, Blok Cepu bisa memproduksi 84-85 ribu barel minyak mentah per harinya.
"Nah, dari kerusuhan tersebut, ada beberapa fasilitas yang ditutup karena harus diperbaiki akibat amuk massa," kata Elan, Sabtu (1/8/2015). Puncak produksi minyak di Blok Cepu sebesar 165 ribu barel per hari akan terealisasi pada September 2015.
Seperti diketahui, kericuhan terjadi di Engineering procurement Construction (EPC-1) lokasi pengeboran minyak yang dikelola oleh Exxonmobil Cepu Limited di Desa Mojodelik, Kecamatan Gayam, Kabupaten Bojonegoro, Sabtu (1/8/2015) siang.
Ribuan pekerja dari berbagai sub kontrak membakar fasilitas security, perkantoran, dan mobil.
Kericuhan terjadi jelang jam istirahat pukul 11.30 WIB. Para pekerja sudah antre di pintu masuk-keluar area proyek. Antrean memanjang terjadi. Saat antre itu, ada beberapa pekerja jatuh. Kondisi itu memicu kemarahan pekerja lain. Sehingga tak lama kemudian, pekerja beraksi, lalu membakar kendaraan dan pos security.
"Hari ini pertama kalinya perusahaan memberlakukan satu pintu, sebelumnya tiga pintu," kata seorang pekerja yang tak mau disebutkan namanya di lokasi.
Hingga saat ini, kerusuhan yang terjadi di Blok Cepu sudah reda.