TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Bendera setengah tiang berkibar di pasar reksadana saham. Di periode Januari 2015-Juli 2015, reksadana saham mencatat imbal hasil terburuk dibandingkan jenis reksadana lain.
Data Infovesta Utama menyebutkan, rata-rata kinerja reksadana saham minus 11,59% secara year to date (ytd). Imbal hasil reksadana saham juga lebih buruk ketimbang performa Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang minus 8,12% pada periode sama.
Sejumlah produk reksadana saham tercatat membukukan imbal hasil lebih buruk. Misalnya, produk Treasure Fund Super Maxxi milik PT Treasure Fund Investama yang minus 23,43% secara ytd.
Analis Infovesta Utama, Viliawati menjelaskan, ada beberapa faktor yang menyeret performa reksadana saham. Pertama, pergerakan reksadana saham memang lebih agresif ketimbang bursa. Sehingga, ketika IHSG terkoreksi, kinerja reksadana saham terlempar lebih dalam.
Kedua, koreksi harga saham yang memiliki bobot cukup besar dalam portofolio reksadana saham, terutama sektor infrastruktur dan industri dasar dan kimia. Salah satu alasannya, laporan keuangan emiten kuartal I-2015 tidak memuaskan. "Krisis Yunani dan gejolak bursa saham China turut menekan reksadana saham," kata Viliawati.
Ketiga, pelemahan harga obligasi akibat spekulasi kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral Amerika Serikat di September atau Desember 2015. Ridwan Soetedja, Direktur PT Panin Asset Management menambahkan, menyusutnya return reksadana saham merupakan imbas perlambatan ekonomi Indonesia. Pada kuartal I-2015, pertumbuhan ekonomi 4,7%. Perlambatan juga diprediksi terjadi di kuartal II.
Namun Ridwan masih optimistis, return reksadana saham bangkit menjelang akhir tahun 2015, menyusul realisasi pembangunan dan perbaikan infrastruktur Indonesia. Penyerapan anggaran belanja pemerintah menyuntikkan tenaga bagi pasar modal. “Jenis reksadana yang akan rebound lebih dahulu adalah reksadana saham,” ujarnya.
Senada, Senior Fund Manager PT BNI Asset Management Hanif Mantiq memprediksi, inflasi pada pengujung tahun 2015 di bawah 5%. Sehingga, pulihnya kurs rupiah dapat menggenjot kepercayaan investor. "Saya prediksi, return saham menjadi 0% di akhir tahun," ujarnya. (Maggie Quesada Sukiwan)